Diabetes Mellitus

Udah lama ga posting tentang materi kuliah. Well, sekarang saatnya nulis lagi tentang sedikit materi kuliahan tentang permasalahan mengenai kadar gula [baca: glukosa] dalam darah manusia. Glukosa adalah sumber utama dari segala mata rantai pemasok energi tubuh kita. Ia diperoleh terutama dari karbohidrat yang ada di dalam makanan. Selain karbohidrat, glukosa juga dapat diperoleh dari lemak dan juga protein, akan tetapi karbohidrat tetap menjadi pilihan pertama tubuh untuk memperoleh glukosa. Normalnya kadar glukosa dalam darah kita  [baca: GDS (glukosa darah sewaktu) atau 2 jam setelah makan] berkisar 130 mg/dl. Saat kita puasa, artinya setelah 8 jam setelah makan, gula darah kita sekitar 100 mg/dl. Namun jika ia lebih dari kadar-kadar normal tersebut, baru jadi masalah, dan hati-hatilah dengan penyakit yang bernama diabetes melitus.

Batas paling akhir dari ‘kenormalan’ kadar glukosa darah kita diukur dari dua indikator. Pertama, GDP (Glukosa darah puasa) dan yang kedua yakni GDS (glukosa darah sewaktu) atau bisa juga G2JPP (Glukosa darah 2 jam post prandial/setelah makan) yang sudah saya singgung di atas. Jika GDP seseorang berkisar antara 110-125 mg/dl, maka ia dikatakan menderita GDPT (glukosa darah puasa terganggu), meskipun GDS/G2JPP-nya masih normal (yakni di bawah 140 mg/dl). Jika GDP-nya lebih dari 125 mg/dl, dan GDS/G2JPP-nya sudah mencapai angka 140 mg/dl atau lebih namun masih dibawah 200 mg/dl, maka ia dikatakan menderita TGT (Toleransi Glukosa Terganggu). GDPT dan TGT ini adalah ‘warning’ untuk seseorang sebelum jatuh ke Diabetes Mellitus, dimana keduanya ini dikatakan Pre-Diabetes.

Nah, apabila GDS/G2JPP-nya sudah nyampe di angka 200 mg/dl atau lebih tapi belum terdapat keluhan-keluhan berarti seperti banyak pipis (poliuri), banyak makan (polifagi), banyak minum (polidipsi) hingga gejala DM lain seperti mudah lelah dan kencing manis maka ia dikatakan menderita Diabetes Melitus dini. Namun jika GDS/G2JPP-nya 200 mg/dl atau lebih dan sudah terdapat gejala-gejala demikian itu, maka ia dikatakan telah positif menderita Diabetes Melitus.

seorang anak yang menderita DM tipe I
yang harus disuntikkan insulin setiap
sebelum makan

Penyakit Diabetes Melitus (DM) yang terjadi pada usia dewasa biasanya lebih dikarenakan karena resistensi dari insulin di reseptor perifernya pada sel target. Berbeda dengan diabetes akibat defisiensi insulin yang biasa terjadi pada anak-anak (DM Tipe I) yang harus mendapatkan terapi insulin seumur hidup. Insulin adalah suatu hormon maha-penting yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Ia berfungsi mentranspor glukosa dari darah ke sel untuk dibakar menjadi energi. Analoginya ia seperti kunci pembuka pintu, supaya glukosa bisa masuk ke sel dan dipakai. Jika ia tidak ada, tentu glukosa itu tidak bisa masuk ke sel apalagi diolah menjadi energi. Akibatnya glukosa tetap terperangkap di dalam sirkulasi darah dan sebagian besarnya diekskresikan (dibuang) melalui ginjal sehingga kencing seseorang menjadi manis karena penuh glukosa. (ada yang pernah mencicipi..?? saya jujur belum pernah.wkwk)

Anda mungkin bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika glukosa tidak bisa masuk ke sel, tentulah sel tersebut akan mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ia akan mengambilnya dari cadangan glikogen di hati dan otot, jika habis ia akan mengambilnya dari lemak (trigliserida) yang banyak disimpan di jaringan adiposa, sehingga seseorang yang menderita DM perlahan tapi pasti akan mengalami penurunan berat badan yang sangat signifikan. Bahayanya, jika pemecahan lemak (lipolisis) ini terus berlanjut, akan dapat menimbulkan akumulasi benda keton di dalam darah. Benda keton merupakan senyawa hasil pemecahan lemak yang bersifat asam. Jika ia banyak beredar di dalam darah, maka ia akan dapat merubah pH darah menjadi asam sehingga terjadi diabetik ketoasidosis metabolik yang bisa menimbulkan sesak nafas hebat (napas kusmaull: cepat dan dalam) dan dapat berujung kepada kematian. Glukosa yang banyak dalam darah juga dapat terikat oleh hemoglobin darah, jika konsentrasinya banyak, tentulah hemoglobin yang sedianya berfungsi mentranspor oksigen ke jaringan akan terganggu olehnya, yang secara klinis dapat dilihat melalui pemeriksaan HbA1C yang lebih dari 7%.
kaki diabetes

Patofisiologi lainnya sebenarnya sangatlah kompleks. Jika sudah parah, seseorang yang mengalami DM akan mengalami komplikasi yang bisa akut maupun kornis. Contoh komplikasi akutnya antara lain koma, ketoasiodis metabolik (yang an singgung tadi), koma non ketotik (tanpa disertai asidosis), dan laktoasidosis (asidosis karena peningkatan pemecahan protein). Komplikasi kronis antara lain terjadinya disfungsi vaskular akibat penumpukan glukosa dan bahan hasil lipolisis dalam saluran darah. Glukosa bisa bersifat glukotoksik yang menyebabkan mikroangiopati (penyakit pada pembuluh endotel darah kecil) dan makroangiopati  (penyakit pada pembuluh endotel darah besar) pada pembuluh darah dan bahkan bisa merusak pankreas dan organ lainnya. Selain itu jika diuresis (volume kencing) meningkat terus, kita akan mengalami hiponatremi dan dehidrasi yang parah. Yang menakutkan juga bisa terjadi pembusukan pada kaki akibat angiopati tadi, dimana kerusakan endotel pembuluh darah ini bisa berujung kepada kelianan neuropati (gangguan syaraf) sehingga menimbulkan perubahan fisiologis kulit dan otot, perubahan distribusi dan tekanan darah, dan akhirnya membentuk ulkus terutama di bagian ekstrimitas bawah (kaki). Jika terjadi luka yang disertai infeksi, ulkus tadi akan semakin buruk dengan munculnya nanah yang berbau busuk.

Diabetes Melitus akibat resistensi insulin ini digolongkan dalam kategori DM tipe II yang biasa terjadi pada orang dengan faktor resiko tinggi. Waspadalah jika kita pernah memiliki riwayat anggota keluarga yang memiliki penyakit ini, dan tambahkan kewaspadaan kita jika kita juga mengalami obesitas (kegemukan). Faktor resiko yang lain adalah usia lanjut, ibu yang pernah diabetes saat hamil (DM Gestasional), penderita hipertensi, gangguan kadar lipid darah (trigliserida tinggi, LDL tinggi, HDL kurang/ dislipidemia), dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti sering makan junkfood, sedentary lifestyle (kurang gerak, malas, dll). Periksalah gula darah kita segera jika kita termasuk ke dalam faktor resiko di atas.
Pemeriksaan gula darah dengan alat digital

Untuk orang-orang yang mempunyai faktor resiko di atas, lakukan tindakan preventif segera dengan rutin memeriksa kadar gula darah. Saat ini an rasa di pasaran sudah banyak dijual alat pengukur gula darah praktis yang lumayan terjangkau. Untuk yang gemuk, mulailah perhatikan diet anda sehari-hari, kurangi makanan berkalori tinggi dan tinggi lemak, apalagi makanan-makanan cepat saji yang akan memperparah kondisi kesehatan kita. Targetnya adalah menurunkan berat badan, terutama bagi yang mengalami obesitas sentral [lingkar pinggang > 90 cm (laki2) atau > 80 cm (prm)], karena menurut penelitian, seseorang dengan obesitas sentral memiliki resiko yang lebih tinggi.

Ukuran berat badan ideal seseorang dapat dihitung dengan rumus Broca, dimana:

BB Ideal = (tinggi badan – 100) – [10% (tinggi badan-100)]
Interpretasi:
BB kurang: < 90% BBI
BB normal: 90-110% BBI
BB lebih: 110-120% BBI
Gemuk: >120% BBI
Ukuran gizi seseorang juga bisa dipatok melalui Body Mass Indeks (BMI). Rumus BMI adalah:
BMI = BB/ TB2
Keterangan:
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (m)
Interpretasi:
WHO:
Classification BMI(kg/m2)
Principal cut-off points Additional cut-off points
Underweight <18.50 <18.50
     Severe thinness <16.00 <16.00
     Moderate thinness 16.00 – 16.99 16.00 – 16.99
     Mild thinness 17.00 – 18.49 17.00 – 18.49
Normal range 18.50 – 24.99 18.50 – 22.99
23.00 – 24.99
Overweight ≥25.00 ≥25.00
     Pre-obese 25.00 – 29.99 25.00 – 27.49
27.50 – 29.99
 Obese ≥30.00 ≥30.00
     Obese class I 30.00 – 34.99 30.00 – 32.49
32.50 – 34.99
     Obese class II 35.00 – 39.99 35.00 – 37.49
37.50 – 39.99
     Obese class III ≥40.00 ≥40.00

Source: Adapted from WHO, 1995, WHO, 2000 and WHO 2004.Untuk Orang Asia (Indonesia): (agak berbeda karena masa tubuh orang Asia lebih banyak dibangun oleh jaringan lemak dibandingkan jaringan otot)

Underweight: < 18,25
Normal 18,25 – 22,99
Overweight 23 – 24,99
Obese > 25

Jika anda termasuk dalam kategori obesitas, sebaiknya anda harus mulai melakukan perencaan diet harian. Periksalah kebutuhan kalori normal yang anda perlukan. Diet yang baik adalah diet yang sesuai dengan kebutuhan kalori basal. Kalori basal adalah kalori normal yang dibutuhkan seseorang untuk dapat hidup dan beraktifitas. Cara menghitungnya adalah sbb:

Kalori Basal =
Laki-laki: BBI x 30 kkal
Perempuan: BBI x 25 kal

koreksi:
jika umur > 40 tahun: – 5% kalori basal
aktifitas ringan (lebih sering santai, duduk lama, dll): +10% kalori basal
aktifitas sedang (sering jalan kaki, dll): +20% kalori basal
aktifitas berat (olah raga berat, bekerja berat, dll): +30% kalori basal
BMI gemuk: – 20%
BMI lebih: – 10%
BMI kurang: + 20%
hamil trimester I dan II (<6 bulan): +300 kkal
hamil trimester III dan laktasi (menyusui): +500 kkal

Selain diet harian yang terkontrol, hendaknya dibarengi dengan aktifitas fisik atau latihan jasmani untuk membantu pembakaran kalori. Prinsipnya, jika kalori yang masuk > pembakaran (aktifitas fisik), maka BB akan naik. Jika pembakaran > kalori yang masuk, maka BB dapat diturunkan. Akan tetapi menurunkan berat badan tidak boleh pula terlalu drastis, harus perlahan, yakni sekitar 5-10% per tahun untuk menghindari penyakit metabolik yang dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan tubuh.

Demikianlah, jika seseorang yang masih normal tapi memiliki faktor resiko di atas, ia hendaknya rutin memeriksakan kadar gula darahnya minimal sebulan sekali. Jika sampai jatuh kepada pre-diabetes, harus dilakukan program intensif untuk menurunkan gula darah kembali normal dengan diet dan latihan jasmani yang teratur, karena jika sempat saja kita jatuh dari pre-diabetes ke diabetes mellitus, kita tidak akan bisa lagi hidup normal kecuali tanpa bantuan obat-obatan pemicu sensitivitas reseptor insulin dan lain sebagainya. Namun jika memang sudah terlanjur diabetes melitus, jangan pula putus asa, tetap jalani hidup dengan baik sesuai petunjuk dan saran dokter. Tetap makan dengan teratur dengan mengurai porsi makanan tinggi lemak. Kemudian jauhi stress dan depresi karena akan memperburuk kondisi kesehatan. Perhatikan komplikasi-komplikasi yang akan timbul, karena pasien DM sebenarnya hanya bermasalah di komplikasinya.

Wallahu’alam, semoga bermanfaat. ^^

Referensi:
catatan kuliah dan diskusi tutorial blok 2.5
http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html

11 thoughts on “Diabetes Mellitus

  1. dandra blog

    Ini sangat membantu sekali artikel nya, saya harap anda terus menulis artikel yang bagus seperti ini yang membahas bahaya gula berlebih. Selain itu saya juga mau
    kasih tambahan sedikit, apabila didukung dengan gambar gambar maka akan lebih detail lagi pembahasan artikel ini.

    Like

  2. masy2k

    7 tahun lalu Saya pernah sakit liver dng sgot dan sgpt diatas 1000. Alhamdulillah bisa sembuh. Tapi setelah itu kadar gula darah jadi 300, s.d skr. Bgmn cara meningkatkan insulinnya lagi ?

    Like

  3. CHN

    Assalamu’alaykum bang, kalau pasien tidak makan berat selama 8 jam dan hanya minum kopi bergula 4 jam sebelumnya, kemudian hasil testnya 124 itu masih normal bg? itu ke kategori PP / sewaktu bg ?

    Like

    • Sandurezu サンデゥレズ

      Wa’alaikumsalam wrwb. Kategori sewaktu.. kopi bergula juga merupakan kalori. kategori PP adalah setelah berpuasa 8 jam. Wallahu’alam 🙂

      Like

  4. Syandrez

    hmm.. kalo antioksidan justru baik untuk mengatasi komplikasi DM, terutama mencegah oksidasi asam lemak jenuh yang terakumulasi akibat tubuh yg kehilangan karbohidrat utk sumber energi. Ujung2nya baik untuk pencegahan aterosklerosis.

    tapi kalo pake gula apalagi yg simple sugar, kalo sering mungkin bisa, krna simple sugar indeks glikemiknya tinggi (kemampuan meningkatkan gula darahnya lebih cepat). Jika kita ada riwayat atw faktor resiko dan dibarengi dg konsumsi gula berlebihan hingga melebihi batas aman, DM tipe II bisa terjadi.

    wallahu'alam.. 🙂

    Like

  5. Syandrez

    bisa kak, kalau dia termasuk dalam kategori faktor resiko yg an sebutin di atas..hehe

    tapi kalau hubungan 'zat' yg terkandung di dalam teh terhadap patogenesis DM an blm pernah baca..teh justru baik kan ntk kesehatan.

    wallahu'alam kak. 🙂

    Like

  6. amitokugawa

    bahasannya lengkap bgt, jd ingat pas belajar patofisiologi n biokimia (soalnya ada gula darah puasa n 2 jam pp)

    tapi ngeri juga ya foto kaki diabetesnya…

    thanks for sharing

    Like

Give a comment