Baca dan Ingat Selamanya

“Kalian ingin gak apa yang dibaca itu ingat selamanya?” Tentu saja kami menjawab iya. Ketika Prof kami melontarkan pertanyaan itu, aku seperti mendengar solusi yang selama ini menjadi masalahku. Rasanya, ketika membaca buku teks yang rumit ini, atau saat membaca lembaran-lembaran materi kuliah yang berjibun ini, tak ada yang begitu menempel dengan baik di otakku.

“Jangan gunakan otak kirimu semata, gunakanlah otak kananmu, niscaya yang kamu baca itu akan menempel di kepalamu.” Otak kanan? Otak yang sering diidentikkan dengan kemampuan imajinasi, kreatifitas, seni dan pengalaman. Beliau meminta kami menggunakan otak kanan saat membaca. Karena, jika hanya menggunakan otak kiri, niscaya lupa lagi dan lagi.

But how?

Imajinasi. Alam yang sungguh luas di area ini. Kita bisa membayangkan apapun, maka bayangkanlah yang kita baca itu menjadi sesuatu yang nyata, bergerak di dalam fikiran, seolah-olah kita melihatnya, merasakannya, menyentuhnya, mengerjakannya.

Selanjutnya, buatlah “mind map”. Entah apa definisinya. Aku masih bingung. Yang terbayangkan olehku adalah, membuat skema tentang apa yang kita baca di dalam otak, melalui imajinasi. “Mind map membuat kita lebih mudah menyimpan sesuatu yang kita baca dibandingkan membaca buku dari a sampai z.” Tutur beliau.

Is it true?

I think it is.

Entah kenapa aku begitu kagum dan percaya sepenuhnya dengan nasehat beliau. Seorang wanita yang meraih gelar profesor dalam usia 40-an tahun. Isn’t it really something?!

Satu lagi, metode belajar yang kudapat siang itu.

Rabbi dzidni ‘ilman war dzukni fahman.