Mereka datang dari negeri yang berbeda-beda, dengan keluhan-keluhan yang tak sama. Mereka datang tanpa perlu diundang, berkunjung tanpa diminta. Mereka rela bercerita apapun tentang keluhannya, bahkan secara tak sadar mereka telah memberikan banyak ilmu untuk kami, mahasiswa kedokteran.
Mereka itu adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka itulah pasien. Tanpa mereka, kami tak tahu akan belajar apa, bahkan kami tak akan bisa menjadi dokter tanpa adanya mereka. Dengan keberadaan mereka lah, kami belajar banyak hal. Tak hanya pelajaran mengenai kedokteran yang kami geluti setiap hari, melainkan juga pelajaran moral dan arti kehidupan. Hal tersebut kami dapatkan dari mereka, sungguh besar jasa-jasanya.
Saat menghadapi kenyataan hidup baik sedih dan bahagia, bergelut antara hidup dan mati, rela di”apa-apakan” seperti itu, aku pikir, mereka punya sisi kesabaran yang sulit dirasakan orang-orang pada umumnya. Tak ada kepastian sembuh bagi mereka, karena memberi kesembuhan adalah haknya Allah. Dokter hanyalah berupaya memberikan pengobatan semaksimal mungkin, demi menolong mereka, agar mereka merasa lebih baik. Namun demikian, bagi kami yang hanyalah mahasiwa kedokteran yang jolong belajar ini, hal itu adalah hal yang luar biasa.
Aku rasa, aku mulai suka dengan semua ini. Itu poin yang sungguh sulit aku cari selama ini. Alhamdulillah.
Maka tak ada pembeda antara pasien kaya dan miskin, setiap mereka adalah guru bagi kami, mahasiswa kedokteran. Mereka guru yang telah membagi ilmu, meski mereka tidak menyadarinya. Bahkan, dari merekalah, titel “dokter” itu melekat pada setiap dokter. Maka, darimanakah seorang dokter harus menyombongkan diri?
Wallahu’alam.
Salam kenal ya,,,”dunia yang terbalik untuk sebuah kesyukuran” bagus banget untuk sebuah renungan hati,,,..
LikeLike
salam kenal balik ^_^
trims, smg bermanfaat..
LikeLike