Punya banyak keinginan, banyak angan-angan. Tapi enggan. Malas. Berniat sudah, namun niat yang tak sampai. Apakah niat yang terucap itu sudah benar? Ataukah hanya seutas nafsu tanpa arahan yang jelas?
Kadang ia tak peduli dengan dentuman detik jarum jam di dinding. Ia tak peduli dengan matahari yang semakin meninggi. Hari berganti hari. Bulan yang hidup mati. Kenapa saking demikian lalainya?
Mengundur-undur hingga penghujung waktu. Berharap masih sempat bersenang-senang. Nanti saja, masih ada waktu. Ah, selalu begitu. Meski batinnya berteriak, cukup dan cukup. Kapan kau akan bergerak?!
Punya rasa cemas. Penyesalan. Tapi tak kunjung bangun dari realita. Cukuplah kata pemalas itu terngiang-ngiang hampir setiap hari. Namun otaknya seperti telah dicuci. Tak peduli!
Kemelut antara niat dan kemalasan, jika dibiarkan berlarut-larut, impian yang ia bangun bukanlah impian di masa depan. Impian itu akan hanya menjadi mimpi penghias malam yang tidak pernah menjadi kenyataan. Jika tak bergerak sekarang, mana mungkin Tuhan akan mengubah hidupnya?
Ia paham. Ia mengerti. Tapi selalu kalah, masuk lubang berkali-kali. Jika terus begini, hanya akan membuatnya menjadi pemimpi, selamanya. Wake up bro!! This is real!
Terima kasih atas konten dan info yg menarik dan menginspirasi….thk u
LikeLike
sama2.. ^^ trims udh mampir
LikeLike
Reblogged this on gigimungil92.
LikeLike