Yo subana lamak! Mulutku ngences penuh selera mengunyah nasi gulai ikan karang dan sate lokan lado ijau, plus pregedel kentang dan kerupuk rubik lado merah. Saya kaget betul ketika tahu cita rasa tradisional mewah ala Minangkabau pesisir ketika singgah di rumah makan sederhana tak jauh dari tepi pantai Tiku, Kabupaten Agam. Saya bersama Yaya, Rayya, dan mertua singgah sebentar di tempat ini saat mau kembali ke Padang ketika perut sudah mulai lapar menjelang zuhur. Ah, pas sekali.
Adalah “RM Takana Juo Tiku” merek kedai nasi alias rumah makan yang kata si Yaya enak banget itu. “Abang belum pernah makan di tempat makan ikan yang enak tepi jalan Tiku, kan?” Kalimat itu memang membuat saya penasaran dari dulu. Cuma entah kenapa setelah berulang kali lewat di Tiku ketika perjalanan Padang – Lubuk Basung, saya selalu ketiduran. Kali ini alhamdulillah, ketika beranjak dari Lubuk Basung ke Padang, kami singgah ke sana.

Kami tiba di sana pukul 11 siang, ketika orang belumlah ramai. Ketika masuk, beberapa spot tempat duduk masih kosong. Mata saya berbinar-binar cukup penasaran melihat aneka samba favorit berjejer di depan meja layanan. Sate lokan, gulai lokan, duh!


Bagi yang belum tahu, lokan adalah semacam kerang yang dagingnya kenyal dan empuk, sulit dideskripsikan. Mereka biasa hidup di tepi laut, ada juga di sungai. Orang Minang mengolah lokan paling banyak dibuat gulai, dan saya sendiri baru pertama kali melihat lokan diolah menjadi sate seperti ini. Sungguh penasaran. Kami langsung duduk manis di salah satu bangku siap menanti hidangan yang disuguhkan oleh pelayan rumah makan.



Aduhai pemandangan indah. Ku berani katakan ini salah satu maestro terbaik di tanah Minang sejauh lidah saya menilai. Terutama gulai lokannya, aduh. By the way, dulu pas saya masih dosen kontrak bareng teman-teman genk Capcuss sebut saja si Amak, Lani, dan Bu Aji Liska, kami senang sekali makan siang di rumah makan gulai lokan dekat Ulak Karang, Padang. Tapi saya bisa bilang yang ini lebih gila enaknya.



Dududu, yang baca ngiler juga tidak ya. Mohon maaf ya. *Ditimpuk. Tapi belum sampai disitu. Setelah kenyang masih ada pencuci mulut yang patut dicoba. Kuliner cemilan tradisional yang disajikan di sini antara lain raga-raga santan gulo saka alias agar-agar santan gula aren, dan lapek koci yang dibungkus pakai daun pisang. Makanan yang terakhir ini juga baru pertama kali kucoba, rasanya empuk agak lengket gitu, terbuat dari tepung ketan, gula aren, isinya kacang hijau tumbuk. Kata si Yaya, lapek koci ini khas Tiku. Bagi saya, ini mirip rasa galamai Payokumbuah, kampung halaman saya, tapi agak lebih hambar.



Khilaf, ya, akhirnya saya khilaf makan di sini agak kebanyakan. Walaupun cuma sanggup dua tampuk nasi, saya bahagia. Mertua saya malah nambah nasi. Dan ternyata di sini kalau nambah nasi, pelayannya memberi nasi tambah yang cukup unik. Namanya Nasi Sek, khas daerah Tiku – Pariaman. Sebenarnya seperti nasi biasa, tapi disuguhkan dengan dibungkus daun pisang.

Alhamdulillah, subhanallah kenyang sekali makan disini. Saya pribadi puas sekali, masih terbayang-bayang hingga kini. Saking senangnya, akhirnya saya yang traktir semuanya makan. Dan lebih bahagia lagi, dengan makanan tiga porsi dan cemilan-cemilan, bayarnya tidak semahal yang dibayangkan. Malah tergolong murah menurut saya.

Bagaimana, tertarik mencoba? Bagi saya sih ini recommended, bukan promosi sih. Jika penasaran, silahkan singgah di RM Takana Juo Tiku kalau lewat sini ya. Lumayan dapat menjadi tempat makan siang kalau mau jalan ke Danau Maninjau jika bertolak dari Kota Padang. Sekalian nanti shalat zuhur di Mesjid Raya Tiku yang adem di seberang jalannya. Jika sempat singgah pula ke Pantai Tiku yang indah tak jauh dari sana. 🙂 Berikut lokasinya:
Yup, sekian review kulinernya. Barangkali ini yang perdana, dan salah satu favorit saya 🙂 Dan barangkali juga, favorit banyak orang. Selesai kami makan, semua spot tempat duduk nyaris penuh oleh pengunjung. Takut kenapa-kenapa, apalagi sekarang masih harus jaga jarak karena lagi pandemi, kami segera berangkat. Yang jelas, sepertinya tempat ini akan jadi langganan makan siang saya kalau pulang ke Lubuk Basung. Semoga rumah makannya makin laris ya. 😀
Assalamualaikum kak, Salam kenal saya Nurhayati. Maaf mau tanya, bolehkah saya pinjam buku Night in Turkistan karya Najib Kailany selama 2 minggu saja? Mohon balasannya. Terimakasih 🙏🙏
LikeLike
Yummy…😋
LikeLike