Kota ini masih seperti dulu, tenang, sejuk, dan nyaman. Ya.. walaupun aku telah merantau darinya satu setengah tahun ini.. (padahal merantaunya cuman ke Padang lagi..wkwk ) Nggak bermaksud lebay, tapi ya memang seperti itulah adanya. Payakumbuh (baca: pikumbuah), kampung halamanku tercinta.
Tapi, sebenarnya kota Batiah ini tidak seratus persen sama seperti dulu, tentu adalah perubahannya.. Payakumbuh semakin tumbuh berkembang, semakin cantik dan semakin menawan. Nggak bermaksud lebay lagi, tapi ya memang gitu. (hha.. apalah.. ) Teringat waktu ku kecil, ku mengira Payakumbuh ini cuman sekeliling aku berlari, hingga SMA aku baru tahu Payakumbuh ini besar juga ya wilayahnya. Haha.. (Maklum lah aku ga sering kelayapan sana sini).
Kota yang berada di hamparan kaki Gunung Sago dan Gunung Bungsu ini suhunya sekitar 26 °C, dikelilingi lembah dan perbukitan. Ketinggiannya sekitar 514 meter dari permukaan laut. Kalau dari Padang jaraknya sekitar 120 km atau 3 jam perjalanan kalau naik bus (tranex, sinamar, ayah, dan teman2nya..), deket kok.. Atau cuman 30 km dari Kota Bukittinggi, sekitar 40 menit perjalanan.
Sejarahnya, Kota Payakumbuh terutama pusat kotanya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda yang dimulai sejak keterlibatan mereka dalam perang Padri, dan kemudian kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia-Belanda waktu itu.
Selain itu, kota ini dibelah oleh sungai yang bernama Batang Agam, menurut cerita kakek nenek dulu.., dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu nagari tertua yaitu nagari Aie Tabik (Batang Tabik sekarang ni.. ) dan pada tahun 1840, Belanda membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat kota sekarang. Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.
Jembatan tersebut menjadi terkenal dan bersejarah karena menjadi tempat eksekusi para pejuang kemerdekaan oleh tentara Belanda di zaman penjajahan. Dari cacatan sejarah, para pejuang kemerdekaan Indonesia yang tertangkap Belanda digiring menuju jembatan tersebut, lalu disuruh berbaris di bibir jembatan. Setelah itu, mereka dieksekusi dengan tembakan senjata api, sehingga tubuh mereka langsung jatuh ke Sungai Batang Agam dan dihanyutkan arus deras. Masyarakat, terutama kaum wanita, setiap menyaksikan eksekusi itu hanya bisa menangis melihat para pejuang bangsa ditembaki, lalu mati dan jasadnya jatuh ke sungai serta dihanyutkan air. Untuk mengenang peristiwa itu, maka jembatan tersebut diberi nama “Ratapan Ibu”. Disana juga dibangun sebuah patung wanita paruh baya sedang menangis menyaksikan kekejaman tentara Belanda di areal jembatan tersebut.
Oke ya, sekarang aku mw ngajak teman-teman keliling jalanan kota Payakumbuh.. Pertama kita lihat dulu bangunan-bangunan penting dan bersejarah yang ada. Cekidot.
Masih banyak lagi sebenarnya, cuman aku belum sempat mendokumentasikan semuanya. Hehe.. *alasan. wkwk.. Nah, Selanjutnya, mari kita berkeliling-keliling melihat berbagai obyek wisata yang ada di kota ini.
Capek jalan seharian? Sebenarnya kunjungan wisata kita masih banyak.. hoho.. Untuk refreshing, payakumbuh juga menyediakan wisata perut (kuliner maksud saya..hehe) dan wisata belanjaan.. hehe.
Yah.. itulah secuil tentang payakumbuh.. Kota kelahiranku, kota tempatku dididik dan dibesarkan. Semoga tulisan ini bisa mengobati kerinduanku akan Payakumbuh suatu hari nanti, jika ku berada jauh di negeri orang dan tak punya waktu untuk pulang ke sana. Pikumbuah.., what a wonder.
NB: Gambar-gambar di atas adalah hasil dari searching beberapa situs di internet dan beberapa di antaranya saya sendiri yang mengambil fotonya.
to Ahmad.. wslm ww, kita pernah kenalan ya mad? afwn bg lupa2 ingat.:D btul mad, mantap goanya kan.. 🙂 klo 'terkontaminasi' t.. wallahu'alam lah mad.. smga saja tidak. 😐
mantap sanak…
LikeLike
jadi laper dan kepengen ke Payakumbuah ni..
pacu itiak sumatra barat terima kasih.
LikeLike
Foto kue Bareh Randang-nya ambil di blog saya ya?
LikeLike
hm..saya ngambilnya disini 😀
http://www.google.co.id/imgres?q=bareh+randang&um=1&hl=id&sa=N&biw=1280&bih=675&tbm=isch&tbnid=PsbFvQsIeiaLVM:&imgrefurl=http://indoeat.com/bareh-randang.html&docid=Z2wvK-L5nMA3fM&imgurl=http://indoeat.com/wp-content/uploads/2011/11/Bareh-Randang.jpg&w=400&h=266&ei=o3QmT9yhEqSImQX8vbSJCA&zoom=1&iact=rc&dur=364&sig=117671627836744453688&page=1&tbnh=147&tbnw=212&start=0&ndsp=16&ved=1t:429,r:0,s:0&tx=154&ty=74
LikeLike
sip…
'afwan, salam kenal ya. 🙂
LikeLike
baru knalan di blog ini bg..
udh salam kenal duluan d shtmix.. sblumnya emang blum pernah..(seingat ana:D)
sykrn link G.translate nya bg..
LikeLike
to Ahmad..
wslm ww, kita pernah kenalan ya mad? afwn bg lupa2 ingat.:D
btul mad, mantap goanya kan.. 🙂
klo 'terkontaminasi' t.. wallahu'alam lah mad.. smga saja tidak. 😐
LikeLike
asw bg, goa nya mantap.:-o
gmbar nmor 24 sungguh mncekam.:|
kata tman ana yg asalnya dr pykmbuh jg.. kabarnya pemuda2 dsna sdh bnyk yg 'terkontaminasi' y bg..?
LikeLike
haha…ya dong kk..
hah? masa alun kak?wkwkwk..
itu arahnyo dakek2 k parambahan klo ndk salah an.wkwk
*lupo namo nagarinyo.hehe..
LikeLike
ndak ragu kak do, aan bana2 urang pikumbuah 😀
*rumah di 'mudiak' tu yo lun basobok dek kak lai an, dima tu?
LikeLike