Memupuk Kembali Semangat Ibadah, Tujuan Penciptaan Kita

“Sesungguhnya tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Demikianlah sepenggal ayat al Qur’an surat adz-Dzariat ayat 56 yang mengajarkan hakikat tujuan penciptaan kita di dunia ini. Yap, untuk beribadah kepada Allah swt. Beribadah dari segala segi, dari pagi saat terbangun dari tidur, hingga malam terlelap, bahkan tidur itu sendiri adalah ibadah. Tentu semuanya berawal dari niat, niat melakukan segala sesuatu untuk ibadah. Karena Rasulullah saw telah bersabda, “inamala’malu binniat, wa innama likulli amriim ma nawa”, sesungguhnya segala amal tergantung kepada niatnya, dan (balasan) bagi masing-masing orang (tergantung pada) apa yang diniatkannya. (HR.Mutaffaq ‘Alaih) Wah, jika demikian sungguh rugilah kita menjalani setiap kegiatan tapi tak ada niat untuk beribadah kepada Allah swt.

Yang menjadi masalah sekarang adalah, niat itu. Mungkin kita terlalu sibuk mengurusi seluk beluk perkara dunia yang membuat kita alpa dengan tujuan penciptaan kita. Sehingganya, niat itu tak lagi bergeming di dada, padahal setiap hari kita berkeringat dan berharap sesuatu yang lebih baik akan terjadi dalam hidup kita, atau ada sesuatu yang baik yang bisa kita berikan untuk setiap benda di dunia. Tapi kadang itu semua diselundupi riya, masya Allah. Tidak berniat untuk ibadah.

Sungguh, kalau niat untuk ibadah itu benar-benar kuat, mungkin tidak ada kata capek dan keluh kesah saat sesuatu tidak berjalan dengan keinginan. Justru hambatan itu menjadi penyemangat kita untuk terus berusaha lebih baik. Namun yang sering terjadi justru sebaliknya, sedikit saja menemui hambatan, kita mungkin lebih sering mengeluh duluan, ketimbang tambah semangat. Entahlah.

Di bulan Ramadhan yang mulia ini, di belahan bumi sana Allah swt sedang mempertontonkan betapa gigihnya umat mukmin tengah berjuang merebut haknya yang telah diambil paksa. Tengoklah berita di negeri Mesir dan Suriah, betapa kuatnya semangat mereka untuk tetap berdiri melawan kedzaliman yang nyata-nyata merenggut harapan mereka. Misalnya di Mesir, di saat presiden Muhammad Morsi tengah dikudeta oleh militer dengan semena-mena, rakyat dibunuh membabi buta, tak peduli sedang shalat atau berpuasa, tak ingat lagi haramnya bulan Ramadhan, demi setumpuk kekuasaan, hedonisme liberalisme dan sekulerian, serta ketakutan akan pertumbuhan Islam, namun rakyatnya tak gentar melawan, bahkan dengan jalan damai. Meskipun jalan damai yang mereka tempuh dibalas dengan kekerasan. Sungguh darah syuhada bergelimang.

Sebuah tulisan di bawah ini cukup menggugah hati..

Dr. Mu’tazz Al-Khawwas, Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Al-Azhar melalui akun twitternya menuturkan;

Saya ingin mengabadikan panorama demonstran Rab’ah Al-Adawiyah dalam catatan indah sejarah. Sepulangnya dari klinik yang berhadapan dengan panggung demonstran pro Moursi, saya sempatkan untuk berkeliling mengitari kemah-kemah demonstran. Saya temukan pemandangan berikut:

  1. Tak ada satu kemah demonstran, melainkan selalu diramaikan lantunan Al-Qur’an.
  2. Hampir tak ada obrolan antara para demonstran, melainkan selalu menghadirkan dzikrullah.
  3. Sejak demonstran menguasai Rab’ah, saya takpernah mendengar caci maki kepada siapapun, tidak seperti yang ditampilkan televisi pro Kudeta.
  4. Saya lihat, tak sedikit yang menunaikan shalat di kemah-kemahnya.
  5. Sebelum buka puasa, semua turut serta menyiapkan hidangan takjil.
  6. Saya lihat, ada pula yang tertidur istirahat saking panasnya sengatan matahari di saat puasa.
  7. Namun demikian, saya tidak menemukan orang yang makan-minum saat siang hari, ini menunjukkan rata-rata demonstran menunaikan puasa.
  8. Saya tak mencium bau rokok. Padahal jumlah demonstran jutaan orang.
  9. Setiap kali saya masuk membawa mobil dari Komisi Kebangsaan, mereka selalu meminta maaf atas kondisi yang membuat penduduk sekitar Rab’ah terganggu. Bahkan beberapa demonstran menunjukkan kartu pengenal,di antaranya ada juga dosen yang mengajar di salah satu fakultas kedokteran.
  10. Di awal-awal demo, sampah sempat bertumpuk. Namun setelah ada keluhan dari warga, para demonstran membersihkan jalan-jalan, menyirami dengan air, mengangkut sampah dengan mobil-mobil di pagi harinya.
  11. Saya lihat, anak-anak muda membawa penyemprot air, untuk menjaga kebugaran demonstran akibat panas matahari yang sangat terik.
  12. Saya tak menemukan seorang pun membawa senjata, selain tongkat-tongkat kayu untuk mengamankan medan demonstrasi. Selain kayu, saya hanya menemukan pisau untuk menyiapkan makanan.
  13. Setiap hari, terutama setelah ancaman kementrian dalam negeri, saya temukan jumlah demonstran makin hari semakin bertambah banyak.
  14. Menjelang berbuka, saya saksikan para demonstran sibuk membagikan hidangan takjil untuk peserta demo yang lain.
  15. Para demonstran sepenuhnya dapat mengatur penjaja jualan dadakan.

Ini kesaksian saya untuk dicatat sejarah, tentang orang-orang yang di media sekuler disebut sebagai orang-orang frustasi.

Semoga Allah memperlihatkan kebenaran, dan mengaruniakan hamba untuk mengikutinya,Amin…

https://i0.wp.com/statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2013/07/foto-11.jpg
Suasana Kemah pro Mursi di Mesir

(dari Nandang Burhanudin, sumber: dakwatuna.com )

Subhanallah..

Semoga kita bisa lebih bersemangat untuk tetap beribadah kepada Allah swt. Sementara kita dapat bangun tidur dengan tenang, shalat dengan nyaman, berpuasa dengan gembira bersama sahabat dan keluarga, qiyamullail dengan sahaja tanpa ketakutan, maka apa lagi alasan kita untuk bermalas-malasan beribadah pada-Nya? Akankah waktu kita banyak yang terbuang untuk hal-hal yang mubazir.. Astaghfirullah..

Semuanya bisa jadi ibadah, asal diniatkan lillahi ta’ala, sungguh ibadah itu mudah. Insya Allah. Tetap semangatttt! ^^

Wallahu’alam.

#Penghujung Ramadhan 1434 H.

Give a comment