Lebaran di Kamar Mayat

Sedikit mengingat kembali tentang lebaran tahun ini. Bermula dari penghujung siklus THT yang terjadi satu minggu menjelang lebaran Idul Fitri. Perasaan campur aduk ketika menunggu keluarnya jadwal siklus koas saya yang tak kunjung diumumkan oleh bagian profesi. Ketika itu minggu-minggu ujian, ya bisa dibayangkan bagaimana stresnya kami para dokter muda mempersiapkan segala sesuatunya untuk ujian di siklus THT. “Geges”. Yap, banyak pikiran. Dua siklus lagi yang mesti dihadapi dalam rotasi satu ini, yaitu forensik dan radiologi.

Ya, seperti biasa, saya mencari tahu bagaimana menghadapi siklus-siklus berikutnya pada teman-teman yang sudah melewatinya. Dan ketika itu saya tahu forensik adalah siklus yang bisa diibaratkan “tahanan kota”, harus stand by 24 jam ketika mayat datang untuk diperiksa di kamar jenazah, dinas di IGD melayani pasien-pasien korban kekerasan, berkecimpung dengan kepolisian dan kewajiban untuk dinas jaga. Otomatis sangat tipis kemungkinan untuk berlebaran di rumah di siklus forensik ini. Sementara siklus radiologi, tak ada dinas jaga, tak harus stand by, jadwal kita hanya di rumah sakit, pergi pagi pulang sore, dan otomatis, almanak merah aktivitas nihil alias libur. Orang cuti, kita juga cuti. What a heaven. Karena tahu begitu, saya berdoa semoga saya ditempatkan di siklus radiologi ketika lebaran, supaya dapat berlebaran di kampung halaman tentunya.

Ketika itu, sahabat saya Suci, menerima pesan bbm dari temannya. Kami berdua saat itu sekelompok di THT, dan sama-sama akan menghadapi dua siklus terakhir ini. Alangkah bahagia raut wajahnya ketika mengetahui bahwa dia mendapatkan siklus radiologi setelah itu. Saya bertanya penasaran, “bagaimana dengan nasibku?”. Sayang sekali Suci tak mengetahui dimana siklus saya setelah ini. Dia juga hanya diberi tahu oleh temannya. Dan malasnya saya untuk melihat pengumuman itu di profesi. ckck.

Entahlah, saat itu saya pasrahkan saja semuanya pada Allah. Forensik atau radiologi memang harus dilalui. Dan benar, selang waktu berjalan, Suci memberi tahuku, jika saya terpisah dari semua teman-teman yang selama ini selalu sesiklus dengan saya dari awal, sebut saja Dina, Lani dan Rido. Mereka semua terdaftar di siklus radiologi. Dan benar, kali ini saya benar-benar terpisah dari mereka semua. Well, it’s okay. Dan aku harus menghadapi kenyataan mendapatkan siklus forensik! Bismillah.

Selang waktu berjalan, itulah hari pertama saya di forensik. Kami hanya berempat belas orang, jumlah yang sangat sedikit untuk mengadapi sesaknya bagian forensik. Betapa tidak, minggu-minggu menjelang lebaran adalah minggu-minggu mudik lebaran, otomatis jalanan padat merayap, dan tentu saja banyak kasus kecelakaan. Saya kira, kami yang berempat belas ini adalah jiwa-jiwa tangguh yang terpilih untuk menghadapi itu semua. ckck

Di hari pertama itu juga, saya mengubur dalam-dalam niat untuk berlebaran dengan keluarga ketika lebaran Idul Fitri. Saya benar-benar mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan harus berlebaran di kamar jenazah dan di IGD, melayani pasien dan korban kecelakaan, korban perkosaan, korban kekerasan, dan jenazah yang meninggal dengan ketidakwajaran. Saya berusaha ikhlas dan memang seperti inilah seharusnya. Sehari sebelumnya Ibu saya pun telah berpesan, “Tidak masalah, siapa yang suruh kamu jadi dokter? Dokter harus ada kapanpun dibutuhkan. Anggap saja ini pembelajaran awal untuk memantapkan niat menjadi dokter. Katanya mau PTT dan sekolah ke luar negeri? Jadi tetap semangat!” Saya hanya bisa tersenyum, ibu memang sangat pandai memotivasi saya, ya, seperti biasa. Hehe. Dan saya siap! Benar-benar tak ada rencana pulang kampung ketika itu. Pokoknya full time, inilah saatnya menjadi koas berdedikasi. Hoho. Dan telak, entah kenapa mereka memilihku menjadi ketua dokter muda forensik. Oh my GOD.!

Bismillah. Inilah kali pertama saya menjadi ketua di siklus perkoasan ini. Dan well, saya merasa tidak mampu memikul beban amanah tersebut, tapi tetap mencoba berusaha semampunya.

Forensik, yang juga disebut Legal Medicine, adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Bagaimana kita bisa memeriksa korban tindak kekerasan, korban dengan mati tidak wajar dan segala kasus tindak pidana yang menyebabkan cacat atau bekas pada seseorang, baik itu kecelakaan, penganiayaan, perkosaan, pembunuhan, bahkan bunuh diri sekalipun. Tidakkah itu menyeramkan? Hoho. Tidak sama sekali bagi kami dokter muda forensik. Hahaha. *sombong

Ruang forensik terletak di daerah paling sudut dari Rumah Sakit M Djamil Padang. Disana terdapat ruang administrasi, kamar dokter muda, ruang dokter spesialis, ruang periksa, ruang konference, laboratorium, dan yang terkeren, kamar mayat!

Well, memang banyaak sekali mitos-mitos yang bertebaran di forensik ini. Tengah malam mendengar suara langkah kaki, benda-benda jatuh, sampai pada penampakan-penampakan, memang cerita hangat di siklus ini. Tapi jangan khawatir, mungkin mereka memang ada, sebut saja jin dan semacamnya, tapi ya biasa saja. Haha, jangan dimasukkan ke pikiran lah.

Di siklus forensik, kami dibimbing oleh satu-satunya konsulen forensik yang ada di RSUP M.Djamil Padang, bahkan mungkin satu-satunya di Sumatera Barat, yakni buk Rika. Beliau begitu baik, ramah, friendly, dan tentunya cantik! Hahaha *tetep aja. Masya Allah. Tanpa beliau mungkin hari-hari forensik tidaklah cukup menyenangkan. Beliau mengajari kami banyak hal, dan saya benar-benar salut dengan beliau karena meskipun sendirian, beliau tetap mampu membimbing kami mempelajari ilmu forensik. Selain beliau, kami bertemu dengan sosok dokter dan pegawai yang sangaat ramah dan sangaat baik, belum pernah saya temukan lebih baik dan ramah dibandingkan mereka. Sebut saja Buk Winda, mas Yadi, buk Eva, buk Yas, buk Tati, Pak Wadir, dan Buya *yang terakhir ini saya lupa nama beliau, hihi. Dan tentu saja yang paling teristimewa sahabat-sahabat saya di forensik, Arif, Andre, Hasra, Rizki, Demas, Rosi, Tiwi, Reza, Nining, Aan, kak Eca, kak Liong, dan bang Fajar. Teman ketawa, senasib sepenanggungan.

Di hari pertama siklus forensik, kami langsung beraksi. Malam harinya, pukul sembilan malam, masuk seorang jenazah ke kamar jenazah, kami yang stand by di rumah masing-masing harus datang ke kamar mayat saat itu juga, yap. Itulah pengalaman pertama melakukan pemeriksaan luar jenazah (PL). Kami dibimbing oleh mas Yadi selama pemeriksaan. Dan itu sensasinya, cukup menantang. Hehe. Demikian juga ketika hari-hari berikutnya, kami membagi jadwal dinas jaga di IGD dan jadwal giliran PL. Bertemu dengan korban-korban kecelakaan dan sebagainya di IGD, kami menganamnesis dan melakukan foto luka. Yap, disini kami ibarat fotografer, hoho. Tapi jangan sampai nanti hanya jadi tukang foto. Nggak lah. Foto itu berguna untuk menjadi bukti adanya perlukaan dan berfungsi untuk menjadi bukti dalam membuat surat visum et repertum, yaitu surat keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang menenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et Repertum ini kami ketik dan dipresentasikan saat laporan jaga. Demikian juga dengan Visum untuk jenazah. Dan wow, kali ini saya belajar bahwa dokter itu tidak hanya mengurus orang hidup, tetapi juga mengurus orang mati. Begitulah keseharian kami di siklus forensik, standby terus di kota Padang, kota tercinta, yang ku jaga dan ku bela. 😛

Forensik, ibarat detektif. Mencari sebab mati dan sebab luka dari bukti-bukti fisik yang terdapat di tubuh korban. Apakah mati karena kekerasan tumpul, tajam, panas, tenggelam, jerat, gantung, dan kasus-kasus delik lainnya seperti kekerasan pada perempuan secara seksual dan sebagainya, dan kekerasan pada anak. Mempelajari tulang belulang, mempelajari mikrobiologi sel, mempelajari tanatologi (proses mati) mayat, dan banyak hal. Bertemu dengan pasal-pasal KUHP, mendengar istilah pidana, perdata, pengadilan, dan tentu saja, autopsy (pemeriksaan organ dalam jenazah/ bedah mayat), embalming (pengawetan mayat) dan teman-temannya. Namun sayang, ketika itu tak ada kasus yang diautopsy dan embalming yang masuk ke kamar mayat.

Dan hari lebaran pun akan segera menjelang. Seperti di awal, saya sudah berniat tidak akan pulang ke kampung halaman. Namun Allah berkata lain, sahabat-sahabat saya di forensik benar-benar cerdas, baik dan pengertian. Kami pun berusaha menyusun jadwal dinas dan PL sebaik mungkin agar ada kesempatan masing-masing berlebaran di rumah bersama keluarga meskipun sedang jaga. Teman-teman yang berdomisili di Padang bersedia membagi waktu lebarannya di RS, sementara kami yang jauh digantikan oleh mereka jika ada korban PL. Dan alhamduillah, saya tetap bisa berlebaran di rumah meskipun hanya dua hari. Alhamdulillaaahh… TvT Haha. Meskipun lebaran hari kedua saya langsung dinas di IGD M Djamil dan keesokannya harus memeriksan mayat di kamar jenazah. But, its okay.!

Setelah lebaran usai, kami kembali seperti biasa. Selain kegiatan formal yang padat, seperti case report session, journal reading, referat, ujian pretest, ujian visum, ujian OSCE, dan ujian post test, banyak pula kegiatan informal yang kami kerjakan, dan mungkin akan menjadi kenangan manis untuk diingat. Merayakan ulang tahun buk Rika, halal bihalal di rumah buk Rika, ngabisin makaroninya buk Eva, main game di ruang konfrence kalau lagi kosong, hahaha, nonton bareng, foto bareng, ngebully bareng, ketawa bareng, belajar bareng tentunya, dan ya.. Alhamdulillah forensik menjadi sangat menyenangkan! Dan mungkin salah satu siklus paling menyenangkan selama saya koas. Semoga hasilnya juga membahagiakan, lulus 100% dengan nilai maksimal, amin ya Rabbal’alamin..

Berikut dokumentasi di forensik..

PhotoGrid_1408535302640
Sahabat-sahabat forensik, yang cowok dari kiri ke kanan, bang Fajar, saya, Demas, Arif, Andre, Rizki, dan Hasra. Yang cewe dari kiri ke kanan, Rosi, Nining, Reza, Tiwi, Kak Eca, Aan dan Kak Liong. 🙂
20140807_135756
foto bareng di rumah buk Rika dan keluarga saat Halal bi Halal Idul Fitri 1435 H

 

20140807_140350 B
Edisi foto Halal Bi Halal lengkap minus bang Fajar, yang berdiri di belakang dari kiri ke kanan ada Pak Wadir, Mas Yadi dan anaknya, Buya, Andre, Rizki, Nining, Reza, Tiwi, Aan, Kak Eca, Buk Rika dan anaknya Zaki, buk Winda dan anaknya Alya *cantik banget sumpah, hahaha. Yang di tengah ada ibu-ibu dari profesi, ada juga buk Yas dan buk Eva, dan di depan dari kiri saya, Arif, Demas, Hasra, Rosi dan Kak Liong. 🙂
IMG-20140807-WA0008
Ini ceritanya foto Buk Rika dan koas Forensik aja.. hehe 🙂 Jadi terharu saat ibuk minta foto bareng kita.
IMG-20140805-WA0001
Ini foto saat ngerayain ulang tahun buk Rika di ruangan beliau 🙂
IMG-20140806-WA0000
Foto saat bimbingan identifikasi kerangka di kamar mayat RSUP Dr.M.Djamil Padang bersama buk Rika.
DSC04670
Haha, yang ini foto edisi alay, yang cowok pada ketiduran habis laporan jaga.. Dan tidurnya serempak pula. Haha, nggak ada yang ngeh saat foto ini diambil, kecuali cewek narsis di belakang itu. Hahahaha

    Demikianlah sedikit cerita di forensik. Semoga ilmu yang telah dipelajari bisa diamalkan di kemudian hari, dan kami lulus 100% amin ya Allah….

Give a comment