Genom: Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab – Matt Ridley [Book Review]

Tahun 2022 dimulai dengan menyusun kembali puzzle minat membaca. Buku yang saya pilih kali ini yaitu buku bertema sains berjudul “Genom: Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab” karya Matt Ridley. Kenapa milih buku ini? Well, sederhananya karena penasaran, dan kebetulan saya juga lagi minat mempelajari ilmu biologi molekuler dikit-dikit karena terkait dengan bidang ilmu yang sedang digeluti. Secara umum, buku ini bagi saya menarik, karena ternyata buku ini tidak hanya bercerita tentang genom dalam artian sains, tapi juga diselingi dengan muatan sejarah yang apik.

Istilah “genom” mungkin gak asing bagi sebagian orang, tapi barangkali gak terlalu familiar apalagi kalau sudah lama gak buka buku biologi pas SMA. Matt Ridley memahami ini, dan di bagian pendahuluan ia menulis semacam reminder yang menurut saya sangat sederhana dan menarik sehingga tidak patut dilewatkan. Ia mulai bercerita tentang tubuh manusia -yang tersusun dari trilinunan sel berinti, -di dalam inti ini ada 2 perangkat lengkap -(sepasang-sepasang) kromosom (kecuali dalam sel telur dan sel sperma) -satu dari ibu, satu dari ayah, dan -tiap perangkat punya 30-80 ribu gen, seluruhnya disebut GENOM.

“Sekarang coba kita bayangkan bahwa GENOM adalah sebuah buku. Buku ini berisi 23 bab, disebut KROMOSOM. Tiap bab berisi beberapa ribu cerita, disebut GEN. Tiap cerita tersusun dari paragraf-paragraf, disebut EKSON, yang di selang-seling dengan iklan, disebut INTRON. Tiap paragraf terbentuk dari kata-kata, disebut KODON. Tiap kata ditulis dalam huruf-huruf, disebut BASA.”

Nah, sesuai dengan judul buku ini, di dalamnya terdapat 23 bab yang menceritakan keunikan masing-masing kromosom yang ada pada manusia. Yup, genom manusia punya 23 pasang kromosom, 22 pasang kromosom autosom dan 1 pasang kromosom sex. Masing-masing bab punya judul tersendiri, yang menurut hemat saya merepresentasikan fungsi gen terpenting yang dimiliki oleh kromosom tersebut.

Misalnya, Bab 1 dimulai dengan cerita tentang kromosom 1, yang berjudul “Kehidupan”. Judul ini dipilih karena mengingat ada satu gen penting di dalam kromosom ini yang jika ia tidak ada maka barangkali tidak akan ada kehidupan. Gen ini yaitu 5S RNA, terdiri dari 120 huruf, terus menerus disalin, berkumpul dengan protein dan RNA lain di ribosom dan memungkinkan resep DNA diterjemahkan menjadi protein. Protein itulah penyusun semua sel tubuh manusia, yang membuat manusia hidup. Namun, sebelum terjun ke poin gen yang dimaksud, Matt Ridley biasanya memulai pembahasan dengan bercerita lepas dan runut akan sejarah-sejarah penting, drama kehidupan, hingga intrik politik, yang menggiring kita lembih mengenal, menghargai, dan merasakan betapa luar biasanya struktur dan fungsi genom yang ada di tubuh kita. Begitu juga tentang upaya kita mencari siapa kita, tentang kita menggali misteri-misteri alam yang ada di tubuh kita, menemukan titik terang, terperangah, dan tidak percaya. Jadi siap-siap, ada ratusan nama orang-orang berpengaruh yang akan kita temui di buku ini, dan mengingat betapa besar usaha dan sumbangsih mereka terhadap pengetahuan, termasuk mereka yang melakukan kesalahan dan intrik manipulatif. Insipratif? Ironis? Menusuk? Ya, begitulah kurang lebih yang saya rasakan setiap membaca permulaan setiap bab. Menambah wawasan, jelas. Bab lainnya juga kaya dengan cerita menarik, sehingga menurut hemat saya, genom manusia cukup menjelaskan kita itu apa dan bagaimana.

Meskipun buku terjemahan, gaya bahasa Matt Ridley menurut saya mudah dipahami, walaupun beberapa segmen membuat saya berpikir keras. Buku ini cocok bagi mereka yang sehari-hari bergelut di hal yang sama, terutama sains dan kedokteran. Hanya saja saya agak meragukan apakah buku ini akan muat ditelan bulat-bulat bagi yang belum familiar, mengingat banyaknya terminologi saintifik yang disebutkan. Barangkali, buku ini perlu satu atau dua kali dibaca ulang sampai saya benar-benar paham apa yang ingin disampaikan Matt Ridley.

Mengingat pesatnya perkembangan penelitian sains terutama tentang genom manusia, buku ini barangkali bukanlah sebuah buku up to date, melainkan lebih kepada mengajak kita berpikir lebih sederhana tentang keruwetan isi dan fungsi gen dalam kehidupan. Buku ini ditulis tahun 1999, 22 tahun silam malah, tentu banyak hal baru yang ditemukan dan ada hal-hal yang sudah kadaluwarsa. Matt Ridley juga menyadari hal ini, dan ditulis di akhir pemaparannya.

Ada beberapa hal yang berkesan bagi saya setelah membaca buku ini. Misalnya, bagaimana perjuangan peneliti mencari tahu genom itu sendiri, perkembangan sejarah sains, bagaimana pada akhirnya ilmuwan akhirnya dimanfaatkan oleh para politisi, ilmu pengetahuan yang disalahgunakan, hingga kontroversi yang bersifat anti-religius. Setelah membaca buku-buku sains, saya selalu merasa kasihan dengan para ilmuwan yang mulai bertanya-tanya dan meragukan konsep ketuhanan dan penciptaan, dan seolah-olah semuanya terjadi begitu saja secara “alamiah”, hanya karena tidak mampu membuktikannya secara saintifik. Buku ini juga tak luput dari itu, oleh karenanya tidak elok untuk ditelan mentah-mentah. Namun bagi mereka yang beriman dan cinta dengan pengetahuan, saya boleh mengatakan buku ini dapat menambah rasa takjub kita akan ke-MahaKuasa-an Sang Pencipta.

I rated 4/5. 😀

Details:

  • Judul: Genom, Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab (terjemahan)
  • Asli: GENOME: The Autobiography of A Species in 23 Chapters
  • Penulis: Matt Ridley
  • Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
  • Cetakan ke: 7, Juni 2021
  • Jumlah halaman: xxiv + 442 halaman
  • ISBN: 978-602-03-3976-4

2 thoughts on “Genom: Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab – Matt Ridley [Book Review]

Give a comment