Mencari Jalan Ke Otak

Lagi-lagi tergoda untuk menulis, padahal di depan laptop masih bertumpuk lembaran-lembaran ilmu gratis yang disiapkan oleh Sang Pemilik Ilmu. Kalau minjem istilahnya Dina, hha, agak panjang. Adalah suatu produk olahan kayu berisi susunan aksara-aksara Latin yang tertata apik dari zat kimia karbon membentuk limpahan ilmu yang kan berguna bagi nusa bangsa dan agama, yang biasa disebut dengan kertas fotokopian KP. *nampak sekali cerdasnya merangkai kata yah! hha. Tapi ini bukan kertas fotokopian, alias di print sendiri. *tapi intinya juga sama. hhe

Kali ini masih bimbang dengan sebuah jalan, yang ku sebut jalan ke otak. Penafsirannya, jalan yang ditempuh agar sesuatu itu bisa sampai di otak. Ya, alias metode belajar. Sesuatu yang masih saja menjadi permasalah terutama saat akan menghadapi ujian. SKS (sistem kebut semalam), atau sistem kebut seminggu *juga boleh, selalu menjadi andalan saat akan menghadapi ujian. Tapi ya..tetap saja, mungkin sebelum ujian memorinya lumayan, tapi setelah ujian mendadak semuanya menghilang. Kayaknya, ilmu yang Allah titip itu cuman transit doang di otak, trus terbang lagi entah kemana. T__T

Berbagai metode belajar mungkin sudah pernah ku terapkan, mulai dari membuat catatan dengan luar biasa rapi, membikin skema, sharing ke teman, sampai hafal mati sudah pernah. Yang namanya ilmu kedokteran seperti ini memang lebih banyak hafalan dan nalarnya dibanding matematisnya, *meskipun kalau disuruh ngerjain hal-hal yang berbau matematis, misal: menghitung jumlah cairan, menghitung dosis terapi, dll, tetap KO. hahaha. No hope. Meski demikian, rasanya kok belum juga maksimal ya di otaknya tu. Any idea?

Beberapa survey yang aku lakukan ke teman2 tentang metode belajarnya sudah beberapa yang diterapkan. Dan aku baru tahu ada yang segitu super rajinnya belajar, tapi gaul tetap jalan. Subhanallah2 banget. Ada yang masih saja belajar setiap terbangun saat tidur, ada yang catatannya super lengkap dari A sampai Z. Ada yang diskusinya banyak. Ada macam-macam. Dan dari situ baru tersadar kalau “rajin” memang modal dasar mereka. *tapi buat aku? ckck

Namun, disisi lain, justru ada yang belajarnya nyantai banget, sekali baca langsung nangkep. Tanpa harus gila membaca slide yang berjubel ini, hasil ujiannya tetap cemerlang. Itulah mereka yang dianugerahi otak yang subhanallah.

Dengan modal IQ 127 ini, seharusnya ada yang bisa aku lakukan. Hanya saja, cara yang tepat belum aku temukan. Beberapa pepatah yang aku suka adalah, pertama pepatah dari ibuku, “lanca kaji dek diulang”, artinya dengan sering mengulang-ulang pelajaran, insya Allah akan lebih nangkep. Adalagi “Penelitian di Jerman menyimpulkan belajar terbaik adalah dengan mengajarkan” jadi teringat hadits Nabi SAW, “Sebaik-baik kamu adalah yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an.” (al-Quran itu ILMU right!?) dan satu quote oke yang aku dapat di Temilnas 2012 di Jogja kemarin ini dari Mas Radit, “aku tidak percaya sukses itu terjadi secara spontan, melainkan butuh proses”.

Dan alhamdulillah, sampai sekarang, masih bertanya-tanya. Semoga Allah memberi hidayah. *amin. ><

4 thoughts on “Mencari Jalan Ke Otak

  1. aminocte

    biar ilmunya tahan lama, kayaknya memang perlu diulang-ulang sih an 😀
    kalau ami sih biasanya yang diulang2 emang inget sampai sekarang, tapi kalau nggak diulang, entah kemana perginya tuh ilmu
    masalahnya rajin itu yang belum ada, rajin sih rajin, tapi mau ujian doang..ckckck

    Like

    • sandurezu

      betul mi..emang harus diulang2 nih.. instalasinya blm 100% klo gak diulang. Ya stidaknya stabil di 90% udah lumayan, krna gak mungkin jg bs perfect.
      smg kali ini bs lebih baik, smgt smgt! *0*b

      Like

Give a comment