Negeri Van Oranje – Wahyunigrat, dkk [Book Review]

Kata siapa kuliah di luar negeri itu gampang? Perkenalkan lima anak manusia yang terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagi tip bertahan hidup di Belanda.

Demikian sedikit penggalan kutipan dari sebuah novel berjudul Negeri Van Oranje, yang menceritakan kisah beberapa mahasiswa Indonesia yang berkuliah ke Negeri Kompeni Belanda. Buku ini merupakan buku terakhir yang saya baca September lalu. Sekilas, mungkin bakalan sangat menarik bagi sahabat yang berniat kuliah di luar negeri. Berikut sedikit reviewnya.

Details:

Negeri Van Oranje
Negeri Van Oranje
  • Judul: Negeri Van Oranje
  • Penulis: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, & Rizki Pandu Permana
  • Penerbit: Bentang
  • Tebal: viii + 478 halaman
  • Cetakan ke: 2 (Mei 2009)
  • ISBN: 978-979-1227-58-2

Sinopsis

Kisah novel ini berawal dari pertemuan lima orang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda dengan latar belakang yang berbeda. Pertemuan mereka bermula di sebuah stasiun kereta api di kota Amersfort, ketika kelimanya terjebak di hendak menunggu keberangkatan kereta yang ditunda karena cuaca buruk. Kejadian itu, adalah awal mula kisah persahabatan mereka berlima, sebuah kisah yang bermula dari sebatang rokok kretek dan hasrat untuk berbicara dengan bahasa ibu.

Perkenalkan, mereka berlima adalah (1) Banjar, lelaki ulet dan pekerja keras dari Banjarmasin, manajer di salah satu perusahaan rokok terkenal di Indonesia, lalu memutuskan untuk mengejar gelar MBA di Rotterdam; (2) Wicak, pria Banten yang cinta lingkungan, memilih menjadi mahasiswa research master di Wageningen karena dikejar-kejar mafia illegal logging; (3) Daus, sang ‘ustad’ yang selalu ‘terjaga’ dari Betawi, lulusan Fakultas Hukum UI (dan bekerja di Departemen Agama), mendapat beasiswa S2 STUNED, memilih program Human Rights Law di Utrecht; (4) Lintang, perempuan cantik dan enerjik lulusan salah satu perguruan tinggi di Depok, berbakat dalam seni tari dan memilih program master di bidang European Studies di Leiden; dan terakhir (5) Geri, pria super ganteng dari Bandung yang dilimpahi harta dari papi dan maminya, telah menetap di Belanda sejak kuliah bachelor (S1) dan mengambil gelar master di Den Haag.

Persahabatan mereka mulai dirajut ketika kelimanya terlibat dalam sebuah chatting online via messenger. Mereka berlima kemudian membuat grup mailing list yang diberi nama “Aagaban”, singkatan dari Aliansi Amersfort Gara-gara Badai di Netherlands. Kelimanya kemudian semakin akrab hingga saling mengunjungi satu sama lain, membuat acara-acara ketemuan, melalangbuana keliling Belanda, berbagi cerita, inspirasi, pengalaman, dan kejadian-kejadian lucu, hingga akhirnya mengenal pandangan hidup masing-masing secara lebih dekat. Kehidupan mereka pun harus bertahan di tengah budaya bangsa Belanda, dimana alkohol menjadi kawan, party menjadi wejangan, dan kultur pergaulan bebas yang vulgar. Demikian juga dengan perjuangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, masalah ekonomi, tempat tinggal, tugas kuliah, thesis, paper, dan sebagainya. Semuanya diceritakan dengan sangat mendetail, sehingga banyak hal-hal penting yang dapat dijadikan referensi bagi pembaca yang ingin kuliah di Belanda.

Namun, dari sisi lain, ada kalanya ketika persahabatan mereka mulai diuji. Ya, Lintang yang satu-satunya cewek dalam pertemanan itu menjadi magnet bagi Wicak, Banjar, dan Daus. Ketiganya kemudian terlibat konflik internal tentang perasaan mereka. Diam-diam muncullah drama asmara yang mulai menjadi perang dingin. Konflik perasaan itu berujung hingga akhirnya Aagaban mulai jarang berkontak, hingga membuat Lintang kadangkala merasa kesal meski tak jua menyadari penyebabnya. Sementara Lintang kini tengah sibuk mendamaikan hatinya setelah berulangkali gagal melaksanakan misinya mencari pria bule untuk dijadikan pasangan. Ia justru melihat sahabatnya sendiri, pemuda tampan bernama Geri yang pendiam dan misterius.

Beberapa insiden yang menguji persahabatan mereka kemudian perlahan mulai memudar ketika detik-detik wisuda. Terutama, ketika wisuda perempuan cantik satu-satunya di Aagaban, yang menjadi rebutan tiga lelaki perjaka. Siapa lagi kalau bukan Lintang. Sebuah undangan wisuda dari Lintang untuk sahabatnnya itu mulai membuka kembali rasa terus terang di hati mereka, meskipun ketiganya masih menyembunyikannya dari Lintang.

Namun, kisah lain mulai mendramatisir ketika Lintang terlibat konfilk perasaan dengan Geri. Ia masih begitu penasaran dengan lelaki misterius itu, hingga diam-diam menyukainya. Hingga saat yang sangat dramatis itu tiba, ketika ia datang mengunjungi Geri di apartmennya, mengantarkan sebuah masakan yang baru ia siapkan di dalam tupperware, namun ia memergoki lelaki ganteng itu… ternyata penyuka sesama jenis! Lintang sungguh tak memercayai matanya. Tangannya melemah, kotak Tupperware-nya jatuh dan airnya perlahan meleleh. Ia langsung berlari kencang keluar dari bangunan apartemen itu. Hatinya teriris, kecewa, terkejut, sekaligus marah. Ia lalu mengirim SMS ke tiga HP sahabatnya.

Geri jahat, bikin shock! Kalau kalian gak dateng, mending gue loncat aja dari dok turis Schev! Please hurry.

Singkat cerita, Geri akhirnya mengakui semuanya. Meski berat, tapi perlahan Aagaban lainnya mulai memaklumi ketika sesi curhat itu dibuka. Demikian juga, Lintang, yang kini tak lagi menaruh rasa pada pria yang menurutnya misterius itu.

Cerita akhirnya berlanjut ketika Aagaban minus Geri, memutuskan pergi backpackeran keliling Eropa. Mulai dari sini, petualangan mereka menjelajahi beberapa kota di Eropa kemudian dideskripsikan dengan sangat apik dan penuh konflik.  Ya, kisah yang melengkapi suka duka belajar di Belanda. Hingga ketika suatu hari dalam perjalanan pulang, terjadi sebuah insiden dimana mereka menaiki bus yang salah, hingga akhirnya terdampar jauh ke kota Praha. Lintang histeris, meskipun akhirnya memilih diam lalu beranjak ke toilet. Namun, ketika ia kembali, terdengarlah olehnya pertengkaran tiga sahabatnya itu terkait dirinya. Kesal dan sedih, Lintang kemudian pergi tanpa pamit, hingga singkat cerita, dimulailah drama pencarian Lintang. Pada akhirnya, pencarian itu dituntaskan oleh Wicak, lelaki yang akhirnya menemukan Lintang. Yang pada akhirnya, Wicaklah yang memenangkan hatinya. Setelah kejadian itu, novel ini pun berakhir dengan cerita kesuksesan masing-masing personil Aagaban, setelah menyelesaikan pendidikan S2 mereka, lalu memulai segala cerita hidup yang baru mulai dari awal.

Ulasan

Menarik. Novel ini sangat renyah untuk dibaca, dengan susunan kata yang ringan dan kocak. Ya, pada akhirnya saya berkesimpulan demikian, meskipun beberapa kisah yang saya baca dari buku ini penuh dengan hal-hal yang menurut saya sangat kontroversial. Ada hal-hal negatif yang seringkali ditonjolkan dalam novel ini, misalnya terkait alkohol, ganja, rokok, pergaulan bebas, penyuka sesama jenis, dan sebagainya. Meskipun pada akhirnya saya menyadari bahwa hal negatif itu bisa menjadi pembelajaran bagi setiap pembaca, dan itu semua lebih memperlihatkan sisi ke’natural’an dari pergaulan apa adanya.

Walaupun demikian, saya tidak memungkiri ada banyak hal baik yang bisa kita ambil dari novel ini.  Terutama, dari segi informasi, tips, dan trik yang selalu disampaikan oleh penulis di beberapa momen dari setiap kisah-kisahnya. Misalnya tentang kiat-kiat hidup di Belanda, mencari tempat tinggal yang representatif, kiat-kiat belanja sehari-hari, tips bersosialisasi dengan orang Belanda, kiat mencari kerja untuk biaya tambahan, berurusan dengan administrasi dan birokrasi, masalah kesehatan dan berobat, mengisi waktu luang, tips mengatur perjalanan dengan biaya minimal, dan sebagainya. Jika boleh dibilang, novel ini adalah cara asyik untuk memahami seluk beluk kehidupan nyata sebagai mahasiswa di Belanda.

Meskipun pada akhirnya dibumbui dengan kisah roman dan asmara, ada pun beberapa pelajaran yang dapat saya ambil dari novel ini adalah tentang pentingnya arti sahabat, motivasi yang kuat untuk menggapai tujuan, lalu bersungguh-sungguh mewujudkan impian. Sebuah pelajaran yang berharga.

At last. Buku ini recommended. Kabar-kabarnya bakalan diputar juga di layar lebar. Can’t wait 🙂

5 thoughts on “Negeri Van Oranje – Wahyunigrat, dkk [Book Review]

  1. Gara

    Hm… saya semacam bisa menduga kalau ada yang salah dengan orientasi seksual Geri ketika ada di beberapa paragraf awal :haha. Novel yang menyelipkan bagaimana menjalani kehidupan di negeri orang menurut saya akan selalu menarik; karena bukankah buku adalah jendela tempat kita bisa melihat dunia yang jauh di sana? :hehe.
    Iya, saya juga pernah dengar kalau novel ini akan diangkat ke layar lebar… hmm…

    Liked by 1 person

    • Sandurezu サンデゥレズ

      Hahaha.. sesuatu yg justru unpredictable dan bikin shock kalau lagi baca novelnya.. btw bener banget mas Gara, di buku kt bs menikmati kisah2 menarik di berbagai belahan dunia, dg imajinasi yg tak terbatas,.. mungkin itu bedanya sama sekedar nonton film.
      Info2 tentang rencana mau diangkat di layar lebar kayaknya memah sahih mas, sepertinya masih proses shooting… kita tunggu saja. Haha

      Liked by 1 person

Give a comment