Berjumpa dengan Andrea Hirata

 

Andrea-HirataHari ini aku bertemu seorang penulis terkenal. Rambutnya setengah ikal setengah keriting, rada-rada gondrong. Tapi ia tetap keren dengan tutup kepala di atasnya. Pakaiannya kuning-kuning, pakai celana jeans (kalo ga salah ingat nih.. hehe) Namanya Andrea Hirata. Wuiiiiiii…!!!! *Histerissss… ckck

Bang Andrea, Kang Andrea, Kak Andrea, Mas Andrea.. *haduh mau manggil apa bagusnya? hehe.. Tak usah berpikir panjang lah. Semua orang mungkin sudah tahu siapa dia. Sang penulis novel terkenal, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Endensor, Maryamah Karpov dan yang lainya. Dia berkunjung ke kampus fakultas kedokteran Unand-ku tercinta hari ini, dalam rangka memenuhi undangan menjadi pembicara utama di acara West Sumatra Journalism Course (WSJC) yang diadakan oleh UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Jurnalistik Broca KM FK Unand.

Pagi itu, jam sebelas. Saya memakai baju biru-biru, celana dasar, sepatu sanghai, duduk di leretan ketiga dari susunan bangku menyerupai lingkaran. Bang Andrea menjadi pusat lingkaran itu. Sambil memegang mikrofon dan berjalan mondar-mandir, beliau memberi materi sambil berdiskusi dengan kami. Senang sekali wajahnya ketika itu, karena sudah empat tahun ini beliau tidak mendapatkan kesempatan berdiskusi murni mengenai tulis-menulis seperti hari ini dengan mahasiswa seperti kami. Kalau berjumpa dengannya, orang-orang selama ini bagaikan infotaimen saja baginya, ingin foto lah, nanya pacar lah, beliau bosan sepertinya. Tapi hari ini, beliau akan menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada jiwa-jiwa yang haus akan ilmu seperti kami, sehingganya beliau memutuskan untuk terbang ke Padang menemui kami semua. Sungguh mengharukan jika beliau yang bercerita. Tak ayal tepuk tangan membahana di aula FK pagi itu.

Banyak hal yang beliau ceritakan, mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan dunia menulis, novel, hingga cerita-cerita masa kecil beliau yang menginspirasi. Pertanyaan muncul dari sana-sini, seolah tak mau habis dan mungkin akan semakin banyak seiring dengan penjelasan yang beliau sampaikan. Sayang waktu yang tersedia sangat singkat, padahal materinya sungguh menarik. Beberapa quotes dari beliau yang sempat aku catat di notebook kecilku antara lain:

“Harta karun seorang penulis adalah gaya (bahasa) dia sendiri.” Kalimat ini disampaikan ketika beliau bercerita bahwa seorang penulis yang baik adalah penulis yang tulisannya benar-benar murni dari karakter dirinya sendiri dan tidak kaku dan meniru-niru kepada gaya orang lain. Jadilah diri sendiri.

“Saya tidak percaya menulis itu bisa diajarkan.” Maksudnya, menulis itu sifatnya subjektif, muncul dari tumpahan emosional seseorang, secara pribadi dan sendiri-sendiri, serta benar-benar bersumber dari ide dan fikiran orang tersebut sehingga tidak mungkin diajarkan pada orang lain. Menulis memang kita pelajari sewaktu kita duduk di bangku sekolah, dan kita semua bisa menulis. Akan tetapi menghasilkan sebuah tulisan yang bermakna, tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah.

“Menulis itu tergantung dari motivasi, jangan berfikir bahwa kita tidak mampu melakukannya.” Beliau mengatakannya ketika seorang teman kami ketika itu tidak percaya diri dengan kemampuanya untuk menulis. Jangan merendahkan diri kita sendiri, akan tetapi pujilah ia, karena, “Siapa lagi yang akan memuji diri kau, kalau bukan kau sendiri?” Sambung Bang Andrea dengan logat melayunya, hingga tawa pun mengencerkan suasana.

“Tulislah kalimat sederhana tapi penuh makna, *jangan lebay.” Kalimat ini disinggung beliau sembari membacakan kalimat-kalimat pertama dari novel Laskar Pelangi karangannya, yang sederhana tapi sarat akan makna. Tidak perlu me-wah-wah-kan kata-katanya, tulislah apa adanya dengan sederhana, dan dapati maknanya.

“Tulisan itu adalah nyanyian jiwa.” Artinya bahwa tulisan itu adalah benar-benar hasil dari karya cipta emosional seseorang, apa yang ia rasakan atau ia fikirkan. Kurang lebih seperti itu saya menerjemahkan..

“Saya melakukan riset 95%, lalu menulis 5%.” Kebanyakan saat ini orang lebih mementingkan menulisnya, bukan isinya, sehingga persentasenya menjadi terbalik, menulis 95%, risetnya hanya 5%, hingga hasil tulisan kita tidaklah menjadi baik. Beliau juga menyesalkan orang yang membajak buku-bukunya selama ini, padahal menghasilkan karya-karya besar semacam itu membutuhkan riset dalam waktu yang lama, meski menulisnya hanya dalam beberapa hari. Tapi mereka yang membajak secara tidak bertanggung jawab ini malah meraup keuntungan dari jerih payah beliau menghasilkan karya tersebut. Naudzubillah… Halal gak tuh?? *So, mulai sekarang JANGAN BELI BUKU BAJAKAN LAGI!!! OKEE??!

“Masalah yang paling serius adalah ketika saya mengatakan bahwa saya tidak punya kemampuan seperti orang lain.” Beliaupun menyambung kata-kata itu dengan “Jadilah diri sendiri, buatlah style sendiri.” Seperti itu lah lebih kurang tertulis di notebook saya. Cukup susah saya menyimpulkannya dalam kata-kata. Intinya kita tidak perlu minder bahwasanya kita tidak mampu menghasilkan karya-karya besar. Kita tidak perlu meniru style orang lain dan kita tidak perlu pesimis karena kita merasa tidak mampu menciptakan style kita sendiri. Karena sesungguhnya dalam menulis, itulah masalah utamanya, tidak percaya diri. Uniknya bang Andrea ini bukanlah berasal dari kalangan sastrawan, akan tetapi beliau kuliahnya di jurusan Ekonomi UI, lanjut kuliah ke luar negeri bahkan menjadi lulusan cumlaude (Subhanallah..), dan selama hidupnya sebelum membuat novel, beliau hanya pernah membaca satu buah novel. Akan tetapi beliau mampu menghasilkan karya sastra luar biasa seperti itu, dengan keyakinan bahwa kita juga bisa melakukannya. Subhanallah…

Di akhir materi, Bang Andrea berkata kepada kami, bahwa sesungguhnya kita adalah orang-orang yang beruntung, dan kami pun membenarkan. Lalu Bang Andrea bertanya, kenapa kita adalah orang yang beruntung? Lebih tegasnya, kenapa saya adalah orang yang beruntung?? Ada yang menjawab, saya beruntung karena masih bisa bernapas. Saya beruntung karena kuliah di universitas yang diidam-idamkan. Saya beruntung karena saya berada disini. Saya beruntung karena saya ada apa adanya. Saya beruntung karena bla bla bla. Akan tetapi masih kurang tepat, beliau berkata meskipun tidak menyalahkan. Lalu ketika itu, Bang Andrea pun menjawabnya, bahwa sesungguhnya “Saya beruntung karena saya masih punya pilihan.” Ya, kita masih punya pilihan, kita masih bisa bebas memilih masa depan seperti apa yang kita inginkan. Jadi jangan sia-siakan pilihan itu. Berjuanglah sebaik-baiknya, semaksimal mungkin demi sebuah pilihan itu.

Sungguh banyak cerita menarik dan memotivasi yang beliau sampaikan pada kami ketika itu. Mudah-mudahan suatu hari nanti kita juga bisa menjadi penulis besar seperti beliau, atau setidaknya kita mampu menghasilkan tulisan-tulisan kita sendiri, karena dengan menulislah, keberadaan kita yang sebentar saja di dunia ini bisa bermanfaat bagi orang lain hingga akhir masa..

I and Andrea Hirata
Foto bareng Andrea Hirata

Semangat menulis… tulislah apapun yang ingin kau tulis… 😀

7 thoughts on “Berjumpa dengan Andrea Hirata

  1. Syandrez

    ya…alhamdulillah..:D

    yapz,betul bgt. Andrea hirata pd mulanya hanyalah seorang yang biasa saja, tapi ia memilih untuk menjadi seorang yg luar biasa.ia mulai menulis apa adanya dan ia pun mmbuktikannya. dan sekarang ia benar-benar luar biasa.. ia beruntung, karena ia msh punya kesempatan untuk memilih pilihannya..

    thanks anyway amitokugawa! 🙂

    Like

  2. amitokugawa

    wah…beruntung ya bs ketemu langsung n berdiskusi sama andrea hirata

    “saya masih beruntung karena punya pilihan”
    iya ya, sesusah apapun hidup seseorang, dia pasti masih punya pilihan 'mau tetap susah atw berusaha biar kehidupannya lebih baik'
    nice post!

    Like

  3. dv

    inspitarif banged tulisannya..
    emang yg paling penting “Harta karun seorang penulis adalah gaya (bahasa) dia sendiri”
    intinya be yourself ajah 🙂

    eniwei salam kenal juga, makasih ya udah mampir 😉

    Like

Give a comment