Nyeri Ulu Hati di Usia Tua, Waspada Jantung Koroner

Nyeri ulu hati, atau dalam keseharian dikenal dengan penyakit maag bagi orang awam, mungkin banyak dialami oleh masyarakat. Keluhan nyeri ulu hati biasanya disertai dengan perut kembung, mual, bahkan bisa muntah. Pada penyakit maag, atau dalam istilah medis dikenal dengan dispepsia, atau gastritis akut , keluhan-keluhan semacam ini sering timbul jika penderita makan secara tidak teratur atau mengkonsumsi makanan yang bersifat merangsang pembentukan gas asam lambung. Akibatnya terjadi produksi gas lambung yang berlebihan dan dapat diperparah jika ada iritasi di selaput lendir permukaan lambung sehingga terasa nyeri. Apalagi kalau penderita sering mengkonsumsi obat-obat anti nyeri secara sembarangan, perlukaan akan lebih berisiko bahkan bisa menjadi tukak.

Namun, nyeri ulu hati tidak selamanya murni disebabkan oleh gangguan lambung. Kadang-kadang nyeri ulu hati bisa disebabkan karena serangan jantung koroner (sindrom koroner akut/ SKA), terutama pada pasien usia lanjut (60 tahun ke atas).

Keluhan penderita biasanya tidak spesifik, bisa seperti nyeri menyesak ke dada, atau hanya rasa tidak nyaman saja di ulu hati. Keluhan khas serangan jantung koroner seperti nyeri dada rasa terhimpit dan menjalar ke bahu hingga lengan kadang tidak ditemui. Namun untuk memastikan biasanya akan dilakukan pemeriksaan Elektrokardiografi. Dari sana kemungkinan serangan jantung biasanya dapat disingkirkan, terutama jika tidak ditemui perubahan segmen ST dan inversi gelombang T.

Nyeri pada SKA (sumber: https://encrypted-tbn3.gstatic.com/)

Sindrom Koroner Akut memang masih menjadi penyakit paling mematikan di Indonesia. Rata-rata penyebab kematian adalah henti jantung mendadak (cardiac arrest). Gaya hidup yang tidak sehat masih menjadi penyebab tersering timbulnya SKA, diantaranya riwayat merokok, jarang olahraga dan kebiasaan makan tinggi lemak. Akibatnya terjadi penumpukan plak kolesterol (aterosklerosis) dan penyumbatan oleh bekuan darah (trombus) di arteri koroner yang merupakan arteri satu-satunya yang menyuplai oksigen ke jantung. Saat oksigen kurang, saat itulah jantung akan kewalahan memompa darah dan akhirnya dapat berhenti seketika.

Selain gaya hidup tidak sehat, riwayat keluarga juga berpengaruh besar. Pada kasus seperti ini kadang-kadang nyeri dada dapat muncul saat usia muda. Oleh sebab itu penderita dianjurkan untuk melakukan cek kesehatan minimal sekali setahun.

Oleh sebab itu, nyeri ulu hati tampaknya tidak bisa disepelekan pada usia lanjut. Apalagi jika ditemui faktor-faktor risiko di atas. Apabila nyeri ulu hati bertahan lebih dari 20 menit, dan meningkat dengan beraktifitas berat sampai ringan sekalipun, kita sudah dapat mencurigai tanda-tanda SKA. Pemeriksaan elektrokardiografi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, dalam waktu kurang dari 6 jam saat serangan pertama kali. Jika ternyata positif, maka selanjutnya penderita akan ditatalaksana sesuai dengan alur penanganan SKA. Karena, angka kematian dengan pertolongan pertama insya Allah dapat diturunkan.

Wallahu’alam.

3 thoughts on “Nyeri Ulu Hati di Usia Tua, Waspada Jantung Koroner

    • Sandurezu サンデゥレズ

      Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi mbak.. Tergantung masing2 individu, pencetusnya paling sering kelelahan, stres fikiran, gangguan tidur, faktor makanan, aktivitas fisik, gangguan penglihatan, infeksi, dll… Gak spesifik.. Cuma, yg mesti diwaspadai itu sakit kepala yang menetap dan sifatnya makin lama makin berat hingga menimbulkan keluhan spt muntah menyemprot, kejang, atau penurunan kesadaran.. Gejala spt itu biasanya ditemui pada tumor otak. Wallahu’alam..

      Like

Give a comment