Surabaya North Quay, Eksotisme Tanjung Perak dan Selat Madura

Kali ini saya ingin kembali melanjutkan cerita perjalanan saya ketika mengunjungi Surabaya tempo hari. Waktu itu sekitar pukul 3 sore, usai menyantap soto Surabaya yang lezat di depan Mall Carrefour ITC, saya kemudian memutuskan untuk kembali mengunjungi Pelabuhan Tanjung Perak. Kali ini, saya yakin pelabuhan itu sudah dibuka. Ya, semoga saja.

Saya kembali memesan ojek online untuk pergi ke sana, melewati jalan yang lumayan jauh. Si abang ojeknya ternyata juga tidak begitu familiar dengan pelabuhan ini, sehingga terpaksa berputar-putar sejenak mencari jalan masuk yang benar. Di tambah lagi, ojek online ini kabarnya dilarang masuk ke area pelabuhan, karena di sana sudah ada pangkalan ojek konvensional yang ngetem. Namun Alhamdulillah, saya akhirnya sampai di depan pintu gerbang pelabuhan beberapa menit kemudian, meskipun saya harus berjalan sedikit jauh hingga sampai ke gedung terminal pelabuhan.

Sesampainya di pelabuhan, saya kini tidak lagi dihalangi masuk oleh petugas seperti tadi pagi. Saya sekarang bisa masuk dengan leluasa mengikuti arus manusia yang ternyata cukup ramai pula datang berkunjung. Gedung pelabuhan ini ternyata bukan hanya sekedar terminal penumpang, tetapi juga tempat bersantai, wisata dan berbelanja.

1 Terminal Tanjung Perak

Ketika saya masuk, saya mendapati suasana gedung yang sangat modern. Ada beberapa lantai seperti mall, dan di beberapa spot terdapat café-café yang menyediakan tempat-tempat untuk duduk mencicipi makanan dan minuman. Karena baru saja kekenyangan makan soto, saya langsung memilih naik ke lantai paling atas menggunakan escalator sampai saya tiba di puncak gedung.

2 Suasana di dalam terminal

Wah, masyaAllah, suasana di puncak gedung ini sungguh luar biasa. Saya dapat melihat pemandangan Surabaya dan seantero Tanjung Perak dengan sangat leluasa, yaitu perpaduan antara kota, aktifitas pelabuhan yang dipenuhi kapal-kapal pesiar maupun kapal muatan, container besar, dan tentu saja, laut. Indah sekali. Wajar saja pengunjung di sini sangat ramai. Apalagi di tempat ini disediakan tenda-tenda dengan bangku-bangku dan meja-meja untuk duduk bersantai. Keren!

3 Suasana di puncak gedung terminal

4 Saya dan latar pemandangan pelabuhan Tanjung Perak

Selidik demi selidik, tempat ini dikenal dengan Surabaya North Quay. Saya bisa tahu karena ada tulisannya, hehe, sekalian untuk mendokumentasikan perjalanan saya. Saya kadang diminta memfoto orang-orang dengan kamera mereka, lalu imbalannya saya juga minta difoto. Lumayan kan?

5 Surabaya North Quay

Jika kita melihat pemandangan ke arah utara, kita bisa menyaksikan pemandangan lainnya yang menakjubkan, yaitu Pulau Madura dengan selatnya, kapal-kapal pesiar, dan jika berjalan sedikit ke arah timur, tampaklah jembatan Suramadu yang legendaris itu. What a great view! Saya benar-benar betah berlama-lama di tempat ini, sampai akhirnya saya menyadari bahwa hari sudah sangat sore.

6 Selat Madura

7 Pelabuhan Tanjung Perak dengan latar belakang Jembatan Suramadu

8 Salah satu kapal penumpang yang bersandar di tepi dermaga

9 Sumringah sampai di Tanjung Perak

Kini, jam tangan saya sudah menunjukkan hampir pukul lima sore, sementara saya harus segera ke bandara Juanda jika tidak ingin terlambat naik pesawat pukul 8 malam. Tapi, saya benar-benar tidak tahu bagaimana caranya pergi ke sana dengan cepat. Sempat kebingungan, saya lalu bertanya kepada salah seorang petugas di gedung ini.

“Wah, kalau ke bandara jam segini saya khawatir sudah tidak ada bus lagi Mas,” jawab si petugas usai saya tanya, “Coba Mas lihat dulu di terminal, mana tahu masih ada Damri di sana, biasanya mereka selalu ngetem di situ, paling telat pukul 5 sore.”

Astaga, keluh saya dalam hati. Saya mulai cemas. Saya kira lebih tidak mungkin lagi memesan ojek online jika mau ke bandara dari sini. Naik taksi apalagi, jaraknya saja 25 kilometer, dompet saya bisa kerempeng kalau begini.

“Terima kasih Mas, saya coba dulu ke terminal ya!” ucap saya kepada si petugas, sambil langsung bergegas menuju terminal. Saya tahu terminal yang dimaksud mungkin adalah terminal tempat saya diturunkan oleh angkot pagi tadi, ketika saya mendapati pelabuhan ini masih tutup.

Benar saja, terminal itu sekarang tampak sepi, hanya ada beberapa bus yang ngetem dan saya tidak tahu yang mana bus Damri. Saya langsung bertanya pada salah seorang bapak-bapak yang ada di dekat sana.

“Mas mau ke bandara? Astaga, itu busnya barusan jalan Mas!” ujar si bapak tampak sangat kaget. Tanpa pikir panjang si bapak berdiri dan berteriak-teriak pada supir sebuah bus besar yang baru saja keluar terminal. Jantung saya dag dig dug, berlari mengikuti si bapak yang kini bergegas mengejar bus di depan saya.

Rezeki memang tidak kemana, Alhamdulillah. Sang supir akhirnya menyadari keberadaan kami berdua, sampai akhirnya bus itu berhenti kembali menunggu kami sampai di depan pintu masuk.

“Ayo naik Mas, mau ke Juanda kan? Ini Damri terakhir,” ujar bapak itu ngos-ngosan. Saya benar-benar terpana, bapak ini benar-benar pahlawan saya sore itu.

“Terima kasih banyak Pak!” saya benar-benar senang. Tidak tahu bagaimana cara lain berterima kasih kepada beliau. Beliau tampak ikhlas menolong saya, dan syukurlah, saya belum terlambat. Sang supir kemudian berkata kalau bis ini akan berhenti di terminal Purbaya, dan saya bisa naik Damri berikutnya yang langsung mengatar saya ke Juanda. Saya benar-benar lega. Kini, anggapan saya pada orang Surabaya berubah total. Mereka adalah para pahlawan!

Singkat cerita, saya akhirnya tiba di Terminal Purbaya sekitar 20 menit kemudian. Waktu itu hujan lebat, angin badai, nyaris banjir, umat manusia juga sangat ramai, dan saya butuh beberapa menit untuk mencari tempat dimana Damri menuju Bandara Juanda menanti penumpang. Syukurlah, saya akhirnya berhasil menemukannya.

Kini, saya benar-benar lega. Tiba di Bandara Juanda sekitar pukul enam sore, langit Surabaya benar-benar sudah gelap. Tapi Alhamdulillah, saya belum sama sekali terlambat untuk check-in, menanti pesawat Citilink menuju Bali. Ya, Bali! Seumur hidup pun saya belum pernah melihat pulau dewata itu, ditambah lagi itu artinya, perjalanan saya di Pulau Jawa kali ini akan segera usai.

Malam itu pun akhirnya berlalu, ketika saya melihat kelap-kelip lampu kota Surabaya di malam hari melalui jendela pesawat. Saya hanya bisa kembali mengenang perjalanan mengelilingi Jawa selama seminggu terakhir. InsyaAllah sudah banyak pengalaman berharga yang saya dapati, tapi saya masih saja penasaran dengan tujuan saya selanjutnya. I’m going to Bali!!

10 Selamat tinggal Surabaya (pemandangan lampu kelap-kelip Surabaya dari atas jendela pesawat)

#to be continued in #BackpackerStories insyaAllah.

Give a comment