Memulai Kisah Sebuah Jalan Panjang

Alhamdulillah, pintuku telah terbuka dan akupun telah melangkah beberapa langkah di dalamnya. Sebuah langkah di jalan yang masih panjang, masih jauh dengan segenap lika liku dan naik turunnya. Menjadi seorang dokter muda bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti pula hal yang begitu sulit jika dilalui dengan kesungguhan.

Banyak motivasi yang datang ketika melangkahkan kaki beberapa langkah ini. Dan itu adalah suatu modal yang mesti ada jika hendak memulai sebuah langkah, dalam situasi apapun. Setidaksuka apapun, secuil motivasi cukup untuk menghidupkan cahaya jalannya, dan perlahan jalan itu akan benderang saat kita telah merasa nyaman. Apalagi jika kita menyukainya, tentu akan lebih nyaman.

Aku bersyukur bisa berada di jalanku saat ini, dan dengan itulah aku bersemangat untuk menjalani hari-hariku di rumah sakit. Mengemis ilmu dan keterampilan demi sebuah cita-cita menjadi seorang dokter yang baik, sebaik-baiknya yang aku bisa. Dengan kalimat sebaik-baiknya yang aku bisa itulah rasa penyesalan ataupun kegembiraan tidak meluap-luap berlebihan, karena inilah aku yang apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, natural dari sang Pencipta.

Allah berfirman di dalam kitab-Nya, agar bersungguh-sungguh mengerjakan suatu urusan. Allah pun bilang bahwa tiada daya dan upaya melainkan datang dari-Nya. Karena itu Ia menyuruh kita berdo’a, dan niscaya akan Ia kabulkan. Dan karena cukuplah Allah sebagai penolong kami, karena Ia adalah sebaik-baik Pelindung.

Hari pertama koas, grogi selangit. Masih ingat ketika hendak masuk pukul 7 pagi di bagian bedah, jantungku berdebar kencang. Nafasku cepat, dan fikiranku cukup panik. Aku benar-benar gugup. Bahkan ketika sarapan pagi, aku tak mampu mengupas cangkang telur rebusku. Hahahaha. Masih ingat saat bentuknya tak karuan setelah ku berusaha mengupasnya dengan segenap kemampuanku. Tanganku gemetar! ckck

Bertemu teman-teman baru, kakak-kakak angkatan 08 dan 07, senior sekaligus partner di Rumah Sakit. Aku bersyukur bisa sekelompok dengan kak Sari, kak Stevi dan kak Eza. Mereka baik banget, unyu dan gokil. ckck. Demikian juga dengan seluruh teman-teman koas bedah lainnya, mereka keren! πŸ™‚

Lebih dekat dengan Residen, bertemu dan belajar dengan abang dan kakak residen bedah. Mengenali dan mengakrabkan diri, mengemis ilmu dari mereka, dengan segala ceritanya. hehehe. Tanpa mereka, apalah jadinya kami. ^^

Belajar dengan Konsulen, orang-orang yang kami anggap memiliki ilmu yang tertinggi disana, segala ucapannya adalah petuah dan ilmu. Meski dihardik atau diberi senyuman, aku tetap bersyukur bisa belajar dari orang-orang luar biasa seperti beliau-beliau ini. Mereka adalah sumber inspirasi dan motivasi.

Berinteraksi dan Berempati dengan Pasien, inti dari profesi dokter. Belajar berkomunikasi yang baik, yang santun. Penuh empati, dan tak dapat dipungkiri, karena merekalah kami bisa ada disini.

Dinas IGD, very excited. Cukup menguras adrenalin, cukup menguras kalori, menguras fikiran lahir dan batin. ckckck. Harus tahan banting dari siang, malam, begadang sampai pagi. Must ready for any patient. Inilah area untuk melatih skill sebagai dokter. Awalnya sungguh grogi, tak berani, namun pada akhirnya, jika telah dilalui, ternyata tangan ini mampu mengerjakannya dengan baik. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Semoga semakin hari semakin baik lagi. Tipsnya: melihat – lakukan dibawah pengawasan ahli – kerjakan sendiri. Tiga tahap itu harus dilalui secara berurutan, hingga lama-lama bisa mahir mengerjakannya sendiri. Intinya, harus lebih yakin dengan diri sendiri. Insya Allah bisa.

Dan lain-lain ceritanya, tak bisaku ungkapkan satu per satu. hehe

Bersyukurlah atas segala yang terjadi padamu hari ini, bersabarlah atas segala cobaan, lakukan sebaik-baik yang bisa kita lakukan. Insya Allah itu semua akan mendidik kita menjadi manusia yang lebih kuat.

Start everything with bismillah, then enjoy it!

2 thoughts on “Memulai Kisah Sebuah Jalan Panjang

Give a comment