Ingatlah Impianmu

Impian terkadang menjadi motivasi ketika kita kehilangan. Cita-cita adalah pijakan, demi mencapai sebuah angan yang sejak lama kita tancapkan di dalam tanah fikiran. Belasan tahun silam, di saat aku kecil, aku ditanya tentang cita-cita dan impianku. Di kala itulah aku mulai berfikir apa itu sebuah cita-cita. Kita akan menjadi besar suatu hari nanti, kita akan melalui kehidupan kita sendiri-sendiri. Meski kesadaran itu mulai muncul ketika beranjak remaja, tapi sebenarnya proses memulai menetapkan impian dan cita-cita itu adalah sedari dini.

Jika kembali merenung dan mengingat kembali kenangan-kenangan masa kecil, aku seharusnya sudah sangat bersyukur. Jalanku tetap sama seperti yang aku dambakan, dan aku inginkan. Meskipun banyak di antaranya hal-hal yang tidak ada disangka-sangka, dan semua bersatu untuk membentuk sebuah proses pematangan. Hingga duduk di universitas seperti sekarang ini pun jalan itu masih berlangsung, dan mungkin saatnya jua catatan ini bisa menjadi motivasiku untuk terus melanjutkan perjalanan itu.

Aku ingin jadi dokter. Ingin sekali. Meski aku tak yakin seperti apa jalan yang akan aku tempuh hingga akhir nanti. Walaupun terkadang akupun ragu apakah aku akan mampu melewatinya, yang jelas, suatu saat pikiriku, aku telah menjadi dokter handal profesional. Sekarang aku gugup dan masih perlu banyak belajar dari yang lain, namun ku yakinkan diri bahwa gugup itu adalah pertanda kabar baik. Aku akan jadi dokter!

Impian yang terucap dan tergambar dengan samar dikala belasan tahun yang lalu ternyata Allah mudahkan hingga hari ini. Aku tak pernah membayangkan betapa berat perjuanganku nanti, karena aku takut terhimpit oleh pikiranku sendiri. Aku bukanlah tipe orang yang suka mencari masalah, tetapi orang yang hanya ingin santai dan serba tenang. Terkadang tipikal itu yang membuat aku merasa terpaksa melakukan semua hal ini. Tapi Allah tetap mengujiku dengan masalah-masalah yang harus jua ditimpakan kepada orang macam aku ini. Satu per satu terlalui dan akhirnya aku berucap terima kasih jua pada-Nya yang Maha Baik dan Maha Perhatian serta Maha Tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya.

Selanjutnya aku berkata, aku ingin keliling dunia. Ingin sekali. Sama halnya dengan keinginanku menjadi seorang dokter. Bukan untuk sekadar menapaki tanahnya, tapi meninggalkan jejak. Jejak yang bisa membawa kebaikan, meski secuil saja. Jejak ilmu dan harta, atau apa saja yang bisa menjadi amalan jariyah  ketika aku telah tiada. Aku ingin jadi orang besar! Meski aku selalu merasa kecil dan tertinggal. Aku ingin berhasil! Meski aku sering gagal dan terjatuh. Itulah impianku.. #senada dengan semangat Naruto jadi Hokage! haha..

Pengen memetik sakura di Kyoto
Pengen jalan kaki di Shibuya Tokyo
Pengen Naik Haji
Pengen foto dengan latar patung itu
Pengen keliling Cairo malam-malam
Pengen jalan-jalan ke Tokyo Tower

Namun, sekali lagi aku masih ragu. Terkadang impian itu diterpa beratnya pemikiran yang datang dari diri sendiri. Ia berkata, “Aku menyimpan banyak sekali kekurangan”, yang terkadang mampu membuatku terdiam dan tak mau bicara bahkan meraung sepuasnya dalam kesendirian. Hanya karena beban yang kau buat? Tidak! Aku tetap berusaha membuangnya jauh-jauh meskipun sulit. Dan hari ini aku bertekad untuk membuang rasa itu jauh-jauh, sekali lagi, meskipun sulit. Tapi yakinlah aku bisa.!

4 thoughts on “Ingatlah Impianmu

  1. Syandrez

    haha..wah,,ternyata kita punya banyak kesamaan pandangan ya kak.haha
    mari ganbatte!

    *haha,bagi an gambar2 di atas itu bukan urutan kak,,ckck.. tergantung Allah aja mana yg lebih dulu nanti.hehehe

    Like

  2. Nur'aini Cahayamata

    hohohoho…
    beberapa impian kak sama banget dengan impian Aan…
    masi sama sama merangkai jejak untuk mewujudkan impian impian kita itu
    gambate kudasai…..!!

    *eniwei baswei,kakak lagi berusaha menempatkan mekah sebagai kunjungan teratas sebelum Jepang…hehe (sebelumnya Jepun jadi top one)

    Like

  3. Syandrez

    amin..saya doakan smg dapat yg terbaik 🙂

    terkadang apa yang kita impikan tak selalu menjadi kenyataan, tapi yakinlah Allah memberikan sesuatu yang sebenarnya jauh lebih baik, supaya kita bisa lebih dekat dengan-Nya, meski kita sering lupa dan malah menyesalinya.

    benar sangaik. bukan seberapa besar impian kita, tapi seberapa besar kita dlam impian kita.

    smoga slalu sehat disana yak. bu dokter gigi. 😀

    Like

  4. gigimungil92

    saya juga pernah bermimpi menjadi dokter, tapi Allah mengantarkan saya pada takdir yang lain
    dokter juga, tapi dengan embel-embel gigi 😀

    ini bukan tentang seberapa besar impian kita, tapi seberpa besar kita dalam impian kita
    _sang pemimpi_
    semangat, insyallah bisa
    do'akan teman mu yang akan mewuudkan satu lagi mimpinya ini ya

    Like

Give a comment