Muslim itu baik, mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.
Muslim itu santun, berbicara jujur dan penuh hikmah sambil menebar kebaikan.
Muslim itu ramah, berakhlak mulia pada setiap makhluk, meskipun berpangkat tinggi di mata manusia, tak pernah angkuh dan sombong.
Muslim itu tenang, karena iman di hatinya membuatnya yakin ada pertolongan Allah di setiap langkah hidupnya.
Muslim itu disiplin, shalat lima waktu selalu ia kerjakan tepat di setiap waktunya.
Muslim itu berani, karena jihad adalah jalan juangnya sepanjang hari.
Muslim itu sabar, karena ia tahu akan semakin dicintai Tuhannya ketika ia bersabar.
Muslim itu mulia, mengasihani yang lemah dan berbakti kepada kedua orang tua.
Muslim itu cerdas, karena membaca adalah cara pandangnya yang pertama, hingga derajatnya berlipat ganda disisi tuhan-Nya karena ilmu pengetahuannya.
Muslim itu kuat, karena cinta Tuhannya semakin menjadi-jadi padanya dibandingkan jika ia lemah.
Muslim itu dermawan, dengan zakat, infaq, wakaf dan sadaqahnya ia membantu sesama.
Muslim itu kaya, karena ia bersungguh-sungguh untuk mengubah nasibnya.
Muslim itu sempurna, sebagaimana Islam telah sempurna dijadikan oleh-Nya.
Namun,.
Mungkin kita lupa bahwa kita adalah seorang muslim. Dimana dzikir tak lagi menjadi teman, al Quran tak lagi menjadi pedoman, masjid tak lagi menjadi tujuan, shalat tak lagi menjadi kebutuhan, doa tak lagi menjadi kebiasaan, sedekah tak lagi menjadi harian, syahid tak lagi menjadi impian.
Mungkin sesekali kita mesti “mendiskreditkan” diri kita, bahwa aku adalah muslim. Maka berusahalah menjadi seorang muslim. Sekali lagi, inilah aku seorang muslim. Dan inilah aku seharusnya menjadi.
Menurut saya seorang muslim itu bukan hanya taat pada ibadah ritual saja, tapi harus dilengkapi dengan ibadah sosial…. satu hal lagi, semoga Tuhan selalu hadir dalam diri setiap para muslim..
LikeLike
sepakat da 🙂
kadang kita lupa dg ‘identitas’ itu sehingga kita kadang ikut2an dg kebiasaan yg tidak baik.
LikeLike