Mahasiswa Jepang yang Inspiratif

Orang jepang memang begitu inspiratif dalam pandangan saya. Mereka benar-benar tekun dan gigih dalam memperjuangkan sesuatu yang mereka anggap bermanfaat, baik untuk dirinya dan orang lain. Misalnya saja 7 orang mahasiswa yang berasal dari Waseda University of Japan yang dalam 10 hari ini berkunjung ke Padang dan Universitas Andalas. Mereka terkumpul dalam sebuah organisasi kemanusiaan bernama WASEND. Usia mereka masih sangat muda, dan pada umumnya mereka berasal dari angkatan 2009 di Universitas tersebut, sama seperti saya. Mereka datang dari negeri sakura sana untuk melakukan beberapa kegiatan termasuk untuk memberikan motivasi dan inspirasi kepada mahasiswa di kota Padang tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana, terutama Gempa dan Tsunami. Sebagaimana kita ketahui, Padang memiliki potensi bencana yang sama dengan negeri asal mereka, yang beberapa waktu lalu juga dilanda bencana gempa dan tsunami yang sangat dahsyat.
sesi foto Int. Talkshow (sumber gambar: facebook)
Berikut ini beberapa kutipan materi yang mereka berikan ketika presentasi di depan ratusan mahasiswa Unand dalam acara International Talkshow yang lalu. Tulisan di bawah ini saya ambil dari sini. (terima kasih banyak karena sudah mem-posting-nya ^_^)
—————————————————————————————————————–
Pemateri:
Fumiya Matsushita, Shiori Tanabe, Misako Nakajima, Yasuhiro Nakata, Taro Yamamoto, Koichi Saito

WASEND (Waseda Student Organization for the Education of Natural Disaster) adalah organisasi mahasiswa relawan di Waseda University yang berada di bawah naungan EWB-J (Engineers Without Borders-Japan) dan memiliki 21 orang anggota, dua orang di antaranya adalah mahasiswa asing.

Ada tiga jenis kegiatan yang dilakukan: kegiatan internal Jepang, kegiatan di Indonesia, dan kegiatan pengembangan.


Fumiya Matsushita:

Waktu melakukan kegiatan, adalah penting untuk menarik perhatian anak-anak. Kami melakukannya dengan melakukan pertunjukan drama boneka (sambil memperlihatkan foto boneka)

(Di slide tampak foto anak-anak yang sedang menginjak kulit telur). Kami melakukan kegiatan ini untuk menjelaskan bagaimana rasanya menginjak pecahan kaca.

Pada saat gempa, 80% korban terluka akibat terkena pecahan kaca dan puing bangunan, jadi sangat penting untuk melindungi diri dari puing bangunan.

Mungkin Anda berpikir bahwa kulit telur itu sangat rapuh, tetapi begitu diinjak, rasanya sangat sakit.

(Beginilah cara mereka melakukan edukasi pada anak-anak)

Bagaimana perasaan kalian setelah menginjak kulit telur?
Rasanya sakit sekali.
Bagaimana kalau pecahan kulit telur ini adalah pecahan kaca sungguhan?
Kaki kami pasti akan terluka
Jadi apa yang akan kalian lakukan?
Kami tentu butuh sandal untuk melindungi kaki kami
Ya, kalian perlu alas kaki. Jadi, siapkan alas kaki di manapun kalian berada.


Pada saat gempa-tsunami Jepang tanggal 11 Maret 2011, WASEND termasuk salah satu organisasi relawan yang bergerak cepat.


Yasuhiro Nakata

Ada tiga motivasi saya untuk menjadi relawan. Pertama, saya adalah mahasiswa Teknik Sipil. Kedua, saya pernah merasakan gempa bumi Kansai pada tahun 1995, yang merupakan salah satu gempa bumi terbesar di Jepang. Ketiga, sebenarnya saya ingin menjadi guru, melakukan pendidikan di sekolah-sekolah, SD dan SMP.

Saya semakin semangat untuk melakukan pendidikan mitigasi bencana karena kelompok kami didukung oleh organisasi di dalam Jepang, maupun luar Jepang.


Taro Yamamoto

Saya ingin menjadi volunteer.

Saya semangat melakukan kegiatan seperti ini karena kegiatan ini penting untuk menyelamatkan banyak nyawa.

Saya jadi semakin semangat terutama karena pada tanggal 11 Maret terjadi gempa tsunami Jepang.

Sebenarnya, saya berasal dari Miyagi, salah satu daerah yang terkena tsunami waktu itu. Meskipun keluarga saya selamat, tetapi junior di klub sepakbola yang pernah saya ikuti waktu kecil meninggal dunia.

Saya melihat bahwa beberapa sanak saudara saya menderita karena bencana itu.

Saya belajar banyak hal dari sana dan mengerti apa pentingnya nyawa seseorang.

Saya senang anak kecil.

Kalau kalian tidak menikmati kegiatan relawan yang kalian jalani, maka kegiatan itu tidak akan berlanjut/bertahan lama.

Kami sangat menikmati suasana akrab di dalam organisasi kami, terutama karena anak-anak sangat antusias dengan kegiatan kami.

Apa hal yang penting dalam mitigasi bencana alam?
Kemampuan imajinasi dan aksi. Penting untuk bertindak dan bergerak cepat saat bencana alam datang. Dengan imajinasi, kita bisa melindungi diri, menyesuaikan dengan tempat, situasi, dan kondisi.

Kami tidak hanya menjelaskan dengan satu arah, kami akan menanyakan pendapat mereka “apa yang akan mereka pikirkan pada saat ini? Apa yang harus mereka lakukan?”

Memperkuat hubungan dengan komunitas. Mempererat hubungan dengan orang-orang di dalam komunitas.

Memperkuat dengan organisasi yang bergerak di bidang yang sama. Pendidikan mitigasi tidak bisa diketahui hasilnya dalam waktu singkat.


Koichi Saito

Mengapa bangsa Jepang mengalami kerugian yang besar dan banyak korban karena tsunami?

Pada tanggal 11 Maret lalu, terjadi gempa dan tsunami di Jepang.

Waktu itu, saya sedang menonton TV di rumah, kemudian terjadi gempa yang besar.

Waktu itu saya berpikir mungkin saya akan meninggal.

Saya menyalakan TV, dan selama seharian itu program berita terus ditayangkan dan ada pemandangan yang tidak pernah saya lihat sebelumnya.

Saya juga berpikir bahwa Jepang memiliki teknologi dan kesiapsiagaan bencana yang baik, tetapi kenapa ada 20 ribu anak yang meninggal?

Saya takut sekali karena puing-puing bangunan berserakan dimana-mana.

Kegiatan yang kami lakukan waktu itu adalah pemulihan mental, misalnya dengan cara mendongeng.

Saya bertanya kepada kakek dan nenek yang ada di sana: setahun sebelum kejadian ini, terjadi bencana gempa yang sangat besar, tetapi korbannya tidak terlalu banyak. Kakek dan nenek ini bisa langsung memperkirakan bahwa akan terjadi gempa yang lebih besar setelahnya.

Di Kota Taro-cho, ada dinding pembatas yang seharusnya bisa menahan tsunami karena dinding ini memiliki teknologi yang baik. Tetapi daerah ini mengalami kerugian yang sangat besar akibat tsunami.

Karena itu, penduduk kota tersebut sudah merasa aman, sehingga mereka tidak memiliki persiapan yang cukup untuk menghadapi gempa dan tsunami.

Kenapa dinding 10 meter itu bisa dihancurkan oleh tsunami (atau kenapa korban jiwa masih banyak dan kerugian yang dialami sangat besar walaupun ada dinding pembatas tersebut?). Sebenarnya saya berpikir bahwa semakin canggih teknologi untuk menghadapi bencana alam, orang akan semakin merasa aman, sehingga menyebabkan mereka semakin tidak siaga saat bencana datang.

Jadi, kami ingin menyampaikan kepada banyak orang tentang betapa pentingnya mitigasi dan kesiagaan bencana.


Penutup (Fumiya Matsushita)

Kami, orang Jepang, sudah mengalami kerugian besar akibat gempa dan tsunami 11 Maret lalu.

Kami tidak ingin mengalami kerugian yang sama dan kami berharap warga Padang juga tidak mengalami hal yang sama.

Tidak ada yang bisa dimulai bila kita takut pada bencana alam.

Kita harus siaga dan waspada dengan bencana alam.

Pendidikan mitigasi bencana adalah salah satu caranya.

Kami berharap agar teman-teman di sini bisa melakukan pendidikan tentang mitigasi bencana alam kepada warga Kota Padang dan orang terdekat.

Jadi, mari melindungi diri dan bertahanlah bila terjadi bencana alam serta jangan berputus asa.
—————————————————————————————————————–
Sekali lagi saya terkesima dengan orang Jepang. Saya rasa kalian juga. ^_^ Mari kita ikut menyebarkan inspirasi kepada semua orang, dari bidang dan karakter masing-masing kita, yang kita senangi dan kita sukai. Insya Allah semua itu tidak akan sia-sia. 🙂

Give a comment