Menghidupakan Mi’raj, Memaknai Shalat Kita

Ketika itu, aku menggelar alas sajadah kecil di atas lantai. Meskipun ku masih mengira-ngira arah kiblat. Aku memulai ibadah yang rutin kami lakukan sebagai muslim. Ya, apalagi kalau bukan shalat. Satu-satunya pembeda kita dengan non-muslim. Meksipun dalam hati selalu merasa miris ketika melihat saudara yang mengaku muslim tapi enggan melakukannya.

Mungkin, saat itu dia tengah memperhatikanku. Bediri mematung, mengangkat kedua tangan, melipatnya di dada, lalu membungkukan punggung, dan mencium lantai. Itupun berulang-ulang kali. Ya, dia yang melihatku memang seorang yang sangat dan amat jarang melihat apa yang dia lihat ketika itu. Dia temanku, seorang non-muslim dari Jerman. Dia sedang memperhatikanku menunaikan shalat.

Shalat. (image: http://www.ummi-online.com/)
Shalat. (image: http://www.ummi-online.com/)

Shalat, mungkin seringkali kita lalai dengannya. Sering terlambat waktu, jarang berjama’ah, tidak khusyu’, dan hanya melepas kewajiban. Bahkan kita lupa esensi dari shalat. Untuk apa shalat, kenapa harus shalat. Yuk kita ingat lagi apa yang Allah katakan.

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.”(QS.Thaha(20):14)

Di ayat ini, Allah menyebut Diri-Nya dengan kata “Aku”. Dia ingin kita mengingat-Nya. Dia ingin kita shalat untuk mengingat Diri-Nya. Bukankah sifatnya sangat dan amat pribadi? Coba kita resapi, bayangkan jika Dia sedang berkata langsung dengan kita dengan kata-kata itu. Adakah kita merasa bergetar? Subhanallah. 😥

Mungkin, ada baiknya jika kita kembali mengingat-ingat peristiwa bersejarah tepat pada hari ini, 27 Rajab, berabad-abad silam.

Di dalam kitab hadits shahih Bukhari Muslim, diriwayatkan dari Anas bin Malik radiyallahu’anhu dan Malik bin Sha’sha’ah radiyallahu’anhu, Rasulullah saw menceritakan peristiwa yang ketika itu mungkin tidak masuk akal. Peristiwa yang hanya bisa dilihat dengan mata keimanan. Peristiwa Isra’ Mi’raj.

Dalam hadits itu diceritakan, bahwa Rasulullah saw tengah berada di tepi Baitullah dalam keadaan separoh tidur, lalu beliau didatangi oleh tiga lelaki yang membawa benda berwarna emas berisi air Zamzam. Setelah itu dada beliau dibedah, hati beliau dikeluarkan dan dibersihkan dengan air zamzam, lalu diisi pula dengan iman dan hikmah.

Lalu beliau kemudian dibawakan seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari baghal. Dialah Buraq. Ia mengatur langkahnya sejauh mata memandang. Rasulullah saw pun menungganginya ke Baitulmaqdis dan mengikatnya di tiang masjid, lalu shalat dua rakaat di dalam masjid. Setelah selesai, tiba-tiba Jibril memberi beliau semangkuk arak dan semangkuk susu oleh Jibril ‘alaihissalam. Rasulullah saw memilih susu. Lalu Jibril ‘alaihissalam berkata: Engkau telah memilih fitrah. Lalu Jibril membawa beliau ke langit, menembus tujuh langit.

Di setiap langit, Jibril ‘alaihissalam meminta dibukakan pintu, dan terdengar suara bertanya: “Siapakah engkau? Siapa orang yang bersamamamu? Apakah dia telah diutuskan?” Rasulullah saw pun bertemu dengan nabi-nabi di setiap pintu langit. Nabi Adam as, Isa as dan Yahya as, Yusuf as, Idris as, Harun as, Musa as, dan Ibrahim as dari langit pertama sampai langit ke tujuh berturut-turut. Mereka menyambut Rasulullah saw nan mendo’akan beliau.

Hingga akhirnya Rasulullah saw dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan buahnya sebesar tempayan. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya.

Lalu Allah swt memberikan wahyu kepada beliau dengan mewajibkan shalat lima puluh waktu sehari semalam. Tatkala beliau turun dan bertemu Nabi Musa as, beliau diminta kembali menghadap Allah untuk meminta keringanan. Begitulah akhirnya Allah swt mengurangi shalat lima waktu setiap kali beliau bolak-balik meminta keringanan, hingga akhirnya perintah shalat itu menjadi lima waktu sehari semalam.

Allah berfirman: “Wahai Muhammad! Sesungguhnya yang Aku fardukan lima waktu sehari semalam. Setiap shalat fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh karena itu, berarti lima waktu shalat fardu sama dengan lima puluh shalat fardu. Begitu juga siapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melalukannya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya siapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak satu pun kejahatan dicatat baginya. Seandainya dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya.”

Ketika perintah shalat sudah menjadi lima waktu, Nabi Musa as masih meminta beliau kembali menghadap Allah swt untuk meminta keringanan. Rasulullah menjawab: “Aku terlalu banyak bolak-balik kepada Tuhanku, sehingga menyebabkan aku malu kepada-Nya.”

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)

Demikianlah saat-saat dimana perintah shalat diturunkan. Peristiwa yang hanya terjadi dalam satu malam. Peristiwa yang sekali lagi amat sulit dipercaya oleh orang-orang yang tidak beriman. Yang ketika itu, Rasulullah mendapati orang-orang Quraisy mendustakan apa yang dialami oleh beliau.

Sungguh peristiwa yang menjadi salah satu dari sudut aqidah Islam. Isra’ Mi’raj. Alangkah dalam maknanya bukan? Jika kembali mengingat-ingat bahwa “..dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.” Ada semacam perasaan malu. Sudahkah kita selama ini shalat untuk mengingat-Nya? Oleh sebab itu, yuk kembali menghisab diri, kembali belajar menghayati suci dan intim-nya ibadah shalat, karena sesungguhnya ia adalah sebagai sarana komunikasi kita dengan Allah swt. Karena shalat itu adalah mi’raj-nya orang-orang mukmin. Semoga kita bisa jadi muslim yang lebih baik. Bukan hanya muslim, tapi juga mu’min, dan akhirnya muttaqin. Amiin ya Rabbal’alamiin… 😀

2 thoughts on “Menghidupakan Mi’raj, Memaknai Shalat Kita

    • Sandurezu サンデゥレズ

      Iya mas.. lebih lengkap silakan buka kitab sahih Bukhari Muslim bab Iman.. Banyak peristiwa2 luar biasa yang dikisahkan baginda Nabi saw. 🙂

      Like

Give a comment