Tuberculosis Microbiology Short Course, Mahidol University, Thailand 2022

Gedung laboratorium ini benar-benar luas. Tingginya 12 lantai. Saya hanya sempat mencoba hingga lantai sembilan, ruang kelas sehari-hari. Qadarullah, satu bulan dari tanggal 1-30 Juni 2022 ini, saya diberi Allah kesempatan untuk mengikuti kursus singkat di bidang mikrobiologi tuberkulosis di laboratorium penelitian rumah sakit Siriraj, Mahidol University (MU), Bangkok, Thailand. Bersama 5 orang lainnya, yaitu 3 orang mahasiswa Indonesia: Mas Angga, Mbak Dzerlina, Mbak Satiti, dan 1 orang mahasiswa Myanmar: Dr. Aye yang sama-sama menempuh pendidikan di Prince Songkla University (PSU) Hat Yai, Thailand, serta 1 orang staf divisi tuberkulosis Thailand: Noon, saya sehari-hari mendapatkan siraman ilmu dan latihan keterampilan di laboratorium.

Kisah saya mengikuti program short course ini bermula ketika suatu hari di bulan November 2021, saat Dr.Wati, sejawat sekaligus senior saya di FK Unand dari Bagian Paru mengirimkan sebuah brosur kepada saya via WA. Brosur itu berisi kegiatan short course di bidang tuberkulosis (TB), yaitu epidemiologi TB di bulan Januari 2022, dan mikrobiologi TB di bulan Juni 2022 yang diadakan oleh PSU dan MU. Karena tertarik, saya mengiyakan untuk ikut kursus mikrobiologi TB di MU. Saya kemudian diminta menghubungi dr.Pipin, spesialis Anak yang concern di bidang ini. Usai berkontak demikian rupa, saya diarahkan untuk meminta rekomendasi kepada Prof. Masrul, mantan dekan FK Unand yang merupakan alumni PSU dan aktif terlibat dalam menjaring mahasiswa untuk studi di Thailand menggunakan beasiswa National Institute of Health (NIH). Beliau merupakan anak didik Prof.Virasakdi yang merupakan guru besar epidemiologi di PSU dan aktif dalam penjaringan beasiswa NIH. Oleh karena itu, saya mencoba mendaftar dan mengikuti setiap alurnya.

Saya segera mempersiapkan persyaratan yang dibutuhkan, seperti paspor -yang sudah lama kadaluarsa, isian formulir pendaftaran dan curriculum vitae. Saya kemudian diminta untuk mengikuti wawancara via Zoom di sekitaran bulan Februari 2022. Saya diwawancarai oleh lebih kurang 10 orang panelis yang terdiri dari sponsor NIH, Profesor Virasakdi, Prof.Masrul, Dr.Defriman dari Unand, dan Prof.Angkana dari MU. Proses wawancara itu alhamdulillah berlangsung baik, dan saya mendapat letter of acceptance satu bulan setelahnya. Lebih kurang satu bulan sebelum berangkat, saya mulai mengurus visa di kedutaan besar Thailand di Jakarta, karena kebetulan total hari di Thailand sejak mendarat dan pulang sekitar 33 hari, jadi perlu visa.

Setelah mendapat izin dari Departemen Mikrobiologi dan menerima surat izin serta surat tugas dari pimpinan, saya berangkat ke Thailand pada tanggal 30 Mei 2022. Saya tiba di Bangkok sehari setelahnya, karena transit pesawat malam di Changi Singapura. Ketika sampai di bandara Suvarnabhumi Bangkok, saya bertemu teman-teman baru dari PSU dan langsung diantar oleh staf laboratorium FK MU: P’Poung, Sam-O dan Nonthakorn ke penginapan kami di Baansuan Prannok Hotel. Alhamdulillah, saya mendapat uang jajan tunai sekitar 11 ribu baht (kisaran Rp 4,5 juta). Mereka melayani kami semua dengan sangat baik, termasuk mencarikan kebutuhan selama di Bangkok, seperti makanan halal dan SIM Card.

Kegiatan sehari-hari di laboratorum FK MU alhamdulillah sangat mencerahkan. Karena temanya adalah “Tuberculosis Microbiology, From Basic to Application”, kami diajarkan tentang TB dari dasar dan berangsur-angsur mendetail hingga teknik laboratorium. Guru (Thai: Ajarn (อาจารย์)) kami Prof.Angkana, Ajarn Thredsak, Ajarn Prapaporn dan tim begitu menguasai dan menjelaskan materi dengan sabar, perhatian, dan detail. Di laboratorium, kami dilatih dibawah asuhan Ajaran Prapaporn, dibantu Nonthakorn dan Sam-O, mulai dari pengenalan ruangan, dasar BSL, PPE, keterampilan lab, manajemen sampel dan lain-lain. Kami juga diajak ke Divisi TB Thailand dan dilatih oleh Ajarn Saijai yang sangat mumpuni dan selalu berenergi.

Materi pelatihan TB kali ini menurut saya sangat bagus, antara lain mikrobiologi TB, epidemiologi, diagnosis klinis, dan yang paling utama adalah teknik laboratorium. Kami diajarkan mulai dari pengambilan sampel, apusan BTA, persiapan media kultur, kultur TB di media solid agar LJ dan cair MGIT, tes resistensi obat (DST), IGRA, GenXpert, Ekstraksi DNA TB, Nanodrop-qubit-elektroforesis, PCR, LPA, TB-LAMP dan berlanjut ke sekuensing NGS short-read, long-read, dan analisis bioinformatik. Itu ibarat seperti kuliah S3 yang dipadatkan jadi 1 bulan, sungguh melelahkan tapi seru sekali! No kidding. Satu hal yang patut saya syukuri adalah, bertambahnya relasi, dan yang paling berharga adalah wawasan dan pengalaman yang didapatkan.

Sisi lain dari kursus ini tentunya adalah refreshing dan traveling. Tidak dipungkiri, hal ini juga yang barangkali memotivasi saya untuk ikut pelatihan. Prinsipnya adalah, sekali menyelam minum air. Jalan-jalan sambil pelatihan rupanya sangat worth it! Saya rasa hal itu tidak lah mengapa, selagi memungkinkan. Traveling pada prinsipnya adalah melihat tempat-tempat baru, dan mengambil iktibar serta melepaskan segala kebuntuan. Alhamdulillah, Allah memberi kesempatan bagi saya untuk traveling lagi.

Sepulang dari pelatihan ini tentu akan tidak mudah. Selain sedih berpisah dengan teman-teman baru, yang paling penting adalah output yang hendak saya capai. Dengan niat belajar, dan adanya keinginan untuk bisa membantu mengembangkan departemen mikrobiologi di bidang riset TB, saya harap bekal yang saya kumpulkan cukup. Mudah-mudahan suatu hari nanti saya bisa berkontribusi untuk membangun lab TB di FK Unand. Belajar ke Thailand sejatinya adalah mula dari pengembaraan saya di bidang ilmu untuk mengabdi di kampus. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi saya untuk mempraktikan ilmu yang telah diberi-Nya sejauh ini dan menyebarkannya untuk kebaikan manusia.

Bangkok, 21 Juni 2022. #H-10 pelatihan.

Gedung laboratorium pusat penelitian Fakultas Kedokteran Siriraj Hospital, Mahidol University, Bangkok, Thailand
Usai bekerja di lab

Give a comment