Belajar Bersabar dalam Antrian Panjang Menuju Kampung Halaman

Kemarin adalah hari yang menyenangkan plus bikin capek. Sesuatu banget kalau bertemu hari libur berturut-turut dilanjutkan dengan weekend. What a long weekend. Dua tanggal beralmanak merah di dalam kalender pada bulan Mei ini cukup membuat semangatku untuk pulang kampung berapi-api. Ya, mesti harus dibayang-bayangi betapa ramainya penumpang yang bakal mengantre di loket bis Sinamar sore itu.

Tutorial pada hari Rabu siang seperti kemarin itu sangat tidak kondusif. Materi kuliah yang berjubel ditambah lagi dengan rasa kantuk yang teramat sangat membuyarkan konsentrasi. Ibu tutornya juga lagi kurang sehat saat membimbing tutorial. Yang terpikir bukan lagi materi tutorialnya, namun pengen cepat-cepat pulang ke Payakumbuh.

Akhirnya aku berangkat menuju loket setelah shalat Ashar, tentunya saat tutorial telah berakhir. Sebelumnya aku sempat bersiap-siap dulu di kosan. Butuh 30 menit perjalanan naik angkot ke Ulak Karang dari kosan aku di Jati. Meski udah menunjukkan pukul setengah lima, aku pasrah kalau harus dapat tiket bis yang berangkatnya malam hari.

Ternyata bueener banget -_-” Puluhan orang udah bertumpuk di loket Sinamar. Ah, sebuah momen yang paling aku gak suka kalau pulang sebelum liburan massal kaya gini. Meski harus ngantre mesan tiket, sabar..sabar.. Alhamdulillah ku raih tiketku, ku lihat nomernya, trip ke 12. (_ _)” Ku tanya abang penjual tiket, “Bang, ini baru trip ke berapa?” “Trip ke 4.” Naniii??? *tepokjidat. What the ****. Padahal biasanya sampai di loket bisa langsung berangkat. #improvisasi.

Yo wess. Aku berusaha sabar dan tawakal semoga gak sampai larut malam aku menunggu. Pukul setengah lima sore, ku pasang target berangkat pukul delapan malam. Yay.

zzz..

Akhirnya berangkat! Habis sholat magrib skalian isya-nya dijama’, menunggu 30 menit, mobilnya datang. Horray! Lebih cepat dari prediksi. Aku pulang. Hehe, dan sampailah aku di rumah pukul setengah sebelas malam.

Ah, tulisan kali ini memang kece banget. Intinya aku mau bilang, bersabar itu penting. Hehe.. *timpukbantal v(^_^)”

9 thoughts on “Belajar Bersabar dalam Antrian Panjang Menuju Kampung Halaman

  1. pisanglover

    Hn…
    Bersabar itu penting.
    *angguk2 kepala
    .
    Tapi kalau menunggu atau mengantri makanan tiap hari.
    *kenyang banget.
    .
    Paling susah sabar untuk menghadapi anak-anak kecil yang masih susah di arahkan. Jadi guru anak sd, smp dan selevelnya makan banyak energi.
    Hahaha.
    Et dah, malah curhat.

    Like

    • sandurezu

      Wah..piloo, kamu seolah2 dikarantina dan mengajar di sebuah pesantren. –”
      *nebak-nebak* hhe, orang sabar disayang Tuhan…tetap semangat. 🙂

      Like

Give a comment